Selasa 21 Dec 2021 06:59 WIB

Kemdikbudristek Dorong Satuan Pendidikan Vokasi Berinovasi

Kemendikbudristek diminta menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta. Kemendikbudristek meminta dunia pendidikan menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Siswa merakit alat deteksi Covid-19 GeNose C19 di SMK-SMTI Yogyakarta. Kemendikbudristek meminta dunia pendidikan menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong satuan pendidikan vokasi untuk melakukan inovasi. Salah satu yang bisa dilakukan ialah dengan menjalin kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri yang menjadi kunci dalam menyiapkan lulusan siap bersaing di industri global.

"Saya ingin di kampus-kampus vokasi ada lokakarya seperti ini, anak-anak betul-betul belajar dalam menjalankan bisnis,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto, dalam keterangannya, Selasa (21/12).

Baca Juga

Hal tersebut dia sampaikan usai melihat inovasi yang dilakukan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nusa Persada, Salatiga, Jawa Tengah, yang melakukan kolaborasi dengan perusahaan Dtech Engineering dalam menyelenggarakan proyek edukasi berkelanjutan.

Melalui program itu, siswa lulusan SMK dapat belajar melanjutkan studi Diploma Tiga (D3) dan sekaligus menjalankan usaha produksi mesin. Yayasan Nusa Persada bersama dengan Dtech Engineering sendiri telah membina beberapa lulusan pendidikan vokasi untuk belajar sekaligus berkarya melalui program edukasi berkelanjutan.

"Ini adalah sebuah program yang sama-sama menguntungkan, di mana lulusan SMK belajar melanjutkan studi D3 sekaligus menjalankan usaha produksi mesin CNC dan suku cadang sepeda motor," kata Wikan.

Wikan mengaku bangga dan terkejut dengan adanya Silicon Valley yakni sebutan yang dikenal di luar negeri sebagai lokasi dengan laju perkembangan teknologi yang pesat. ”Saya sudah hampir dua tahun menjabat sebagai Dirjen namun baru mengetahui ada semacam Silicon Valley ini di Salatiga,” ungkap dia.

"Seharusnya politeknik-politeknik negeri di Indonesia seperti ini. Inilah yang dinamakan kemitraan yang positif, tahun depan saya akan coba menyesuaikan kembali program dana padanaan agar bisa digunakan untuk program semacam ini," tambah Wikan.

Direktur Operasional Yayasan Nusa Persada, Sumiyanto, menuturkan para mahasiswa lulusan SMK Nusa Persada dapat membiayai kuliahnya melalui bisnis yang sedang dijalankan. “Anak-anak di Akademi Teknik Wacana Manunggal ini kami sediakan mesin CNC, untuk kemudian mendesain produknya sendiri yang kemudian dijual,” tutur dia.

“Mereka punya bidang market analysis, designer, operator dan pemasar yang akan menaruh produk di pasar daring (marketplace) untuk dijual, jadi mereka membiayai kuliahnya melalui bisnis yang mereka jalankan dan mendapat gaji,” imbuh Sumiyanto.

Sementara itu, pendiri Dtech Enggineering, Arfian Fuadi, menuturkan program ini sebagai salah satu cita-cita yang dibangun perusahaannya untuk dapat mengangkat semangat anak bangsa dalam menciptakan inovasi-inovasi terbaru. Dia mengisahkan, perusahaannya murni melayani pesanan dari luar negeri pada mulanya. Tapi mulai 2018 dia lebih menaruh perhatian kepada Indonesia.

“Kami prihatin manakala pada tahun yang sama kami melihat Indeks Paten Indonesia yang hanya berjumlah 21, sedangkan yang kami setor untuk US PTO (United States Patent and Trademark Office’s) berjumlah 25. Kami kaget dan ingin berbuat sesuatu untuk Indonesia,” ungkap Arfian.

Arfian menyampaikan setiap tahun perusahaannya melatih kurang lebih 500 orang yang terdiri dari guru serta peserta didik. “Kami terbuka, saat ini ada 15 SMK yang kami latih dan masih ada lagi di luar ini,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement