Senin 20 Dec 2021 14:14 WIB

OJK: Literasi Keuangan Jadi Sorotan Isu Global

Literasi keuangan sebagai essential life skill dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut saat ini literasi keuangan telah menjadi isu global yang semakin disoroti. (ilustrasi).
Foto: Istimewa
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut saat ini literasi keuangan telah menjadi isu global yang semakin disoroti. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut saat ini literasi keuangan telah menjadi isu global yang semakin disoroti. Hal ini digarisbawahi saat Presidensi G20 di Italia bahwa literasi keuangan sebagai essential life skill dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara mengatakan literasi keuangan mampu mendukung kesejahteraan individu dan masyarakat, mendukung inklusi keuangan perlindungan konsumen, dan pemulihan ekonomi pasca pandemi

Baca Juga

“Kami meyakini pemberdayaan masyarakat melalui literasi keuangan dapat mendukung pencapaian stabilitas sistem keuangan dan mendorong pembangunan yang lebih inklusif, sehingga mampu meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya saat Peluncuran Infrastruktur Literasi Keuangan secara virtual Senin (20/12).

Tirta menyebut dalam beberapa tahun terakhir, sektor jasa keuangan berkembang pesat dan memberi peluang yang sangat besar kepada individu untuk mengakses produk dan layanan keuangan. Menurutnya akselerasi teknologi dan informasi sektor keuangan, yang diiringi penerapan protokol kesehatan karena pandemi Covid-19 telah menjadikan digitalisasi sebagai pilihan bisnis baru.  

“Lembaga jasa keuangan terus menerus beradaptasi untuk mempertahankan eksistensinya untuk mendukung kebutuhan konsumen dengan terus berinovasi dalam keuangan digital yang lebih efisien, aman, cepat, serta mengedepankan aspek kesehatan di tengah pandemi," ucapnya.

Namun Tirta mengakui tingkat literasi keuangan dan literasi digital masih rendah. Hal tersebut menimbulkan tantangan dan risiko yang baru.

Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019 hanya 38 persen masyarakat yang memiliki pemahaman memadai tentang produk dan layanan keuangan, jauh lebih rendah dari tingkat penggunaan produk keuangannya sebesar 76 persen

“Artinya, masih banyak masyarakat yang telah menggunakan produk layanan keuangan tanpa dibekali pemahaman produk layanan keuangan, misalnya mengenai risiko hingga denda yang ada,” ucapnya.

Maka itu, Tirta menyebut segala kebijakan dalam meningkatkan literasi keuangan sangat penting dilakukan bersama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement