Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Wildan Pradistya Putra

Pandemi dan Tindakan Kita

Eduaksi | Saturday, 18 Dec 2021, 12:53 WIB
(sumber: shutterstock)


Pandemi yang telah berlangsung lebih dari 1,5 tahun ini turut memperparah keadaan. Tak hanya dalam sektor pendidikan saja, sektor kesehatan, pariwisata, ekonomi pun kena imbasnya. Menurut data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS) pada (5/5/2021) menyebutkan bahwa sampai Februari 2021 angka pengangguran mencapai 8,75 juta jiwa. Jumlah ini meningkat sebesar 26,26% dibandingkan periode yang sama pada Februari 2020 sebesar 6,93 juta. Artinya, naik 1,82 juta dibanding tahun sebelumnya.

Jauh dari statistik itu, jika dipikir lagi, ada berapa banyak pengangguran baru yang sebenarnya mereka tidak hanya mencari rezeki untuk diri sendiri, melainkan juga untuk menghidupi keluarganya. Artinya, dari satu orang kepala keluarga ada tanggung jawab yang harus dipenuhi kepada anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk masalah ini.

Budaya Gotong Royong

Budaya gotong royong sudah mendarah daging pada masyarakat Indonesia. Sayidiman Suryohadiprojo dalam bukunya yang berjudul “Budaya Gotong Royong dan Masa Depan Bangsa” (2016:7) menyebutkan bahwa memang kehidupan asli bangsa Indonesia bersifat gotong royong; gotong royong adalah kepribadian bangsa Indonesia. Maka dari itu berarti bahwa untuk untuk menjamin kelestarian Republik Indonesia sampai akhir zaman, bangsa Indonesia harus membangun dan hidup dalam masyarakat gotong royong. Dari pendapat tersebut menyiratkan pesan bahwa budaya gotong royong harus tertanam dalam benak seluruh masyarakat Indonesia.

Budaya gotong royong pun sebenarnya sudah ada sejak dalam masa penjajahan dulu. Pejuang-pejuang kala itu berjuang bersama untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Jika kita lihat implikasinya, maka budaya gotong royong ini juga masih sering kita lihat dalam berbagai macam kegiatan ke masyarakat, misalnya adanya kerja bakti membersihkan jalan-jalan atau fasilitas umum lainnya. Yang itu semua dikukan atas dasar keikhlasan untuk mencapai tujuan bersama.

Di masa pandemi Covid-19 ini sebagai sesama makluk sosial, masyarakat Indonesia perlu mengedepankan budaya gotong royong. Hal ini seperti peribahasa “ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”. Situasi pandemi yang kiat berat membuat setiap orang harus mengambil inisiatif sendiri atau dengan mengajak orang lain untuk membantu sesama.

Bergerak dengan Tindakan

Dalam menghadapi situasi pandemi, pemerintah pun sebenarnya tidak tinggal diam. Beberapa program bantuan sudah dilakukan pemerintah untuk membantu masyarakat, diantaranya Program Keluarga Harapan, Program Bantuan Sosial Tunai (BST), Program Kartu Prakerja, Bantuan Subsidi Gaji, dan masih banyak lagi. Namun, dalam situasi pandemi ini sudah seharusnya muncul istilah “masyarakat membantu masyarakat”. Hal ini dimaksudkan bahwa masyarakat yang tidak terdampak covid dan memiliki kemampuan untuk menolong sesama harus bergerak mengambil tindakan nyata dilingkungannya.

Dalam faktanya, sudah banyak inisiatif tindakan yang diambil masyarakat dalam membantu sesama. Beberapa hal yang diketahui langsung oleh penulis dilingkungan sekitar, seperti iuran untuk memenuhi kebutuhan isolasi warga di rumah. Atau yang tersebar di media sosial yang sempat viral seperti influencer langsung membagikan uang dijalan dan warga yang memberikan makanan gratis dan siapa saja boleh mengambilnya. Apa pun bentuknya itu, selama bisa membantu sesama itu sah-sah saja untuk dilakukan.

Tindakan-tindakan ini dapat muncul karena ada empati terhadap sesama. Empati adalah cikal bakal dari inisiatif tindakan. Empati merupakan kecenderungan seseorang untuk memposisikan diri sama persis seperti orang lain rasakan sehingga muncul dorongan untuk membantu. Jadi bayangkan, ada banyak orang nmemiliki empati, maka ada berapa banyak senyum orang yang bermekaran karena sebuah tindakan dan pertolongan.

Pertanyaannya sekarang apa yang sudah kita lakukan di tengah pandemi ini? Jika kita seorang guru, tindakan apa yang kita lakukan apabila ada siswa yang tertinggal pelajaran karena membantu orang tua? Jika kita seorang dokter, tindakan apa yang kita lakukan apabila ada pasien yang berobat tapi tidak memiliki uang? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang jawabannya ada dalam diri kita masing-masing.

Mari bergerak dengan tindakan nyata, membantu sesama. Karena sejatinya seluruh masyarakat Indonesia merupakan saudara. Seperti yang pernah dikatakan Ir. Soekarno (Presiden RI ke-1) “bangunlah suatu dunia dimana semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan.”

Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image