Ahad 19 Dec 2021 05:07 WIB

Sepertiga Populasi Negara Arab Menderita Kelaparan

Antara 2019 dan 2020, jumlah kekurangan gizi di dunia Arab naik 4,8 juta orang

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Lina menggendong bayi laki-lakinya, Osman, saat ia menjalani perawatan di bangsal gizi buruk Rumah Sakit Anak Nasional Ataturk di Kabul, Afghanistan, Kamis, 2 Desember 2021. Menurut angka PBB dari awal November, hampir 24 juta orang di Afghanistan, sekitar 60% persen dari populasi, menderita kelaparan akut, termasuk 8,7 juta yang hidup di dekat kelaparan.
Foto: AP/Petros Giannakouris
Lina menggendong bayi laki-lakinya, Osman, saat ia menjalani perawatan di bangsal gizi buruk Rumah Sakit Anak Nasional Ataturk di Kabul, Afghanistan, Kamis, 2 Desember 2021. Menurut angka PBB dari awal November, hampir 24 juta orang di Afghanistan, sekitar 60% persen dari populasi, menderita kelaparan akut, termasuk 8,7 juta yang hidup di dekat kelaparan.

IHRAM.CO.ID, JENEWA -- Sepertiga orang di negara-negara Arab dengan total penduduk 420 juta orang, mengalami kelaparan. Laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan bahwa, antara 2019 dan 2020, jumlah kekurangan gizi di dunia Arab naik 4,8 juta orang menjadi 69 juta, atau hampir 16 persen dari populasi.

Kenaikan tingkat kelaparan dipicu oleh krisis yang berkepanjangan, kerusuhan sosial dan paparan berbagai guncangan dan tekanan seperti konflik. Selain itu faktor lainnya yaitu kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, sumber daya alam yang langka, dan dampak ekonomi yang terkait dengan pandemi Covid-19.

Laporan FAO menyatakan, peningkatan kekurangan gizi terjadi secara merata di semua tingkat pendapatan, mulai dari negara-negara yang terkena dampak konflik maupun non-konflik. Pada 2020, hampir 141 juta orang tidak memiliki akses pangan yang cukup. Jumlah ini meningkat lebih dari 10 juta orang sejak 2019. Selain itu, pandemi Covid-19 meningkatkan angka kekurangan gizi mencapai 4,8 juta dibandingkan dengan 2019.

"Konflik menjadi salah satu penyebab utama kelaparan di kawasan ini, dengan sekitar 53,4 juta orang menghadapi kelaparan di negara-negara dan wilayah yang terkena dampak konflik, yang enam kali lebih tinggi daripada di negara-negara non-konflik,” kata Asisten Direktur Jenderal FAO dan Perwakilan Regional untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Abdulhakim Elwaer, dilansir Aljazirah, Sabtu (18/12).

“Mungkin tidak ada perbaikan yang terlihat dalam situasi tahun ini karena penyebab utama kelaparan akan terus menyeret situasi lebih jauh ke bawah,” kata Elwaer menambahkan.

Somalia dan Yaman yang dilanda konflik tetap menjadi negara yang terkena dampak kekurangan pangan terburuk tahun lalu. Hampir 60 persen warga Somalia kelaparan dan lebih dari 45 persen warga Yaman kekurangan gizi.

“Yaman memiliki prevalensi anemia tertinggi pada  2020, mempengaruhi 61,5 persen wanita usia reproduksi,” kata Elwaer.

FAO mengatakan kelaparan telah meningkat sebesar 91,1 persen di dunia Arab selama 20 tahun terakhir. Di sisi lain, tingkat obesitas orang di negara-negara Arab yang lebih kaya, juga meningkat. Negara-negara berpenghasilan tinggi menunjukkan prevalensi obesitas dewasa tertinggi di kawasan Arab. Sedangkan negara-negara berpenghasilan rendah memiliki tingkat terendah.

 “Perkiraan tahun terakhir untuk wilayah Arab menunjukkan bahwa 28,8 persen populasi orang dewasa mengalami obesitas, yaitu lebih dari dua kali lipat rata-rata global sekitar 13,1 persen," ujar Elwaer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement