Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image SALMA FAHIMOVA 2021

Memaafkan vs Melupakan: Menjadi Sebuah Pilihan?

Eduaksi | Friday, 17 Dec 2021, 20:24 WIB
sumber: https://www.habitsforwellbeing.com/20-quotes-to-inspire-forgiveness/

“Tetapi barang siapa bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. Akan tetapi, barang siapa bersabar terhadap kezaliman dengan tidak melakukan pembalasan atas kezaliman itu dan memaafkannya, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang mulia. (QS. Asy syura: 43)” — Sejak kecil kita selalu diajarkan untuk mengucapkan 3 kata ajaib, salah satunya kata “maaf”. Terutama ketika melakukan kesalahan. Hal yang selalu diajarkan adalah meminta maaf. Namun sayangnya, orang tua jarang sekali mengajarkan perihal memaafkan. Terlebih lagi soal melupakan. banyak yang mengatakan bahwa memaafkan tidak harus melupakan, ada juga yang berkata bahwa memaafkan adalah melupakan. Kalau menurut kamu bagaimana?

Sebenarnya, memaafkan itu apa sih?

Memaafkan memiliki arti memberikan pengampunan terhadap kesalahan atau tidak lagi menganggap sebuah kesalahan tersebut sebuah kesalahan (Arti Kata Maaf-Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online)

Memaafkan adalah salah satu keputusan secara sadar serta disengaja yang Sobat Psycho lakukan untuk melepaskan pikiran dan perasaan negatif terhadap seseorang yang telah melakukan kesalahan. Terlepas kesalahan tersebut dapat dimaafkan atau tidak.

Seperti yang Sobat Psycho ketahui, perilaku memaafkan merupakan perilaku terpuji yang mutlak ada di dalam diri setiap manusia serta memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan. Dengan kata lain, sebenarnya semua manusia adalah makhluk yang pemaaf namun tergantung sekuat apa egoisitas mempengaruhinya. Maka tak jarang, kita sering merasa kesulitan untuk memaafkan karena yang bermain adalah egoisitas yang kita miliki.

Memaafkan ada tingkatannya lho!

Memaafkan dapat terjadi pada dua aspek yakni: pada intrapsikis dan interpersonal. Dimana aspek intrapsikis mencakup keadaan dan proses yang terjadi di dalam diri seseorang yang telah dirugikan secara mental dan pikiran serta tindakan yang menyertainya, sedangkan aspek interpersonal menganggap memaafkan orang lain sebagai tindakan sosial antar manusia. (Baumeister, Exline & Sommer (dalam McCullough, dkk 2014))

Pada dasarnya kedua aspek ini bertujuan untuk mengembalikan sikap seseorang pada keadaan sebelum kesalahan itu terjadi. Menurut Baumeister, Exline & Sommer (dalam McCullough, dkk 2014), kedua aspek ini saling bergabung untuk menciptakan tingkatan dari memaafkan. Berikut penjelasannya:

1. No Forgiveness

Pada tingkatan ini, tidak adanya korelasi antara intrapsikis dan interpersonal, atau kita belum bisa memaafkan sama sekali kesalahan.

2. Hollow Forgiveness

Tingkat memaafkan pada hollow forgiveness merupakan penggabungan antara aksi dari aspek interpersonal dan tidak adanya pernyataan dari intrapsikis. Dengan kata lain, tindakan memaafkan dengan hollow forgiveness ini kita sudah dapat berkata “iya, aku sudah maafkan kamu”, namun kita masih memiliki rasa dendam di hati atas kesalahan yang diperbuatnya.

3. Silent Forgiveness

Pada tingkatan kali ini, sudah adanya pernyataan terhadap intrapsikis namun tidak adanya aksi dari interpersonal. Memaafkan pada tingkat ini, kita sudah memaafkan perbuatannya di dalam hati kita, namun kita tetap menjaga jarak demi kenyamanan sesama.

4. Total Forgiveness

Pada tingkatan terakhir ini semua aspek telah berkorelasi dan menciptakan kata memaafkan sesungguhnya. Dimana, kita sudah mampu memaafkan baik di dalam intrapsikis kita maupun interpersonal kita.

Setelah kita ketahui tentang tingkatan memaafkan, kamu sudah tergolong dalam tingkat yang mana nih Sobat Psycho?!

Memaafkan tidak harus Melupakan lho!

“Aku sudah memaafkan, tapi kok kejadian itu selalu membuatku sedih ya? Apa aku belum memaafkannya?”

Banyak orang beranggapan bahwa melupakan adalah hakikat dari memaafkan. Namun, hal ini keliru lho Sobat Psycho!. Memaafkan tidak harus melupakan. Karena, bagaimanapun Allah menciptakan kita dengan ruang ingatan yang sangat luas. Di mana, ruang ingatan ini berisi laci-laci memori yang dapat kita buka kapan saja.

Menurut Adi W Gunawan, seorang pakar teknologi pikiran asal Indonesia. Kita dapat memaafkan namun kita tidak akan bisa melupakan. Semua yang kita alami tersimpan rapi di dalam memori alam bawah sadar kita. Yang dapat kita lakukan adalah, menetralisir emosi buruk yang kita alami. Sebelum emosi buruk ini dapat ternetralisir, memori yang kita simpan akan terus mengganggu. Memori ini terkadang muncul dan terkadang menghilang. Memang, forgiveness seutuhnya memiliki unsur atas memaafkan dan melupakan. Namun, jika kedua hal tersebut dilakukan dalam waktu yang bersamaan akan memerlukan waktu yang tidak sebentar dan memerlukan lonjakan emosi yang cukup besar.

Jadi, buat Sobat Psycho yang merasa sudah dapat memaafkan namun tidak dapat melupakan adalah hal yang wajar ya!. Sekali lagi, manusia dirancang untuk menyimpan memori dan mengupload emosi. Yang perlu kita lakukan hanyalah keikhlasan memaafkan agar kesalahan yang sudah menjadi memori kita tidak menjadi dendam kita ke depannya.

Apa sih bias dari memaafkan?

Telah kita ketahui, bahwa memaafkan tidak harus melupakan. Tetapi bukan berarti kita tidak berusaha untuk memaafkan. Lagi pula Sobat Psycho, memaafkan memiliki banyak manfaat lho untuk hidup kita. Manfaat tersebut antara lain :

1. Dapat terhindar dari depresi

Seperti yang kita ketahui, bahwa tidak dapat memaafkan akan menimbulkan lonjakan emosi pada diri kita. Bayangkan saja, jika emosi tersebut tidak dapat tersalurkan. Maka dampaknya akan mengacu pada mental kita.

2. Menurunkan risiko penyakit jantung

Orang yang sukar untuk memaafkan akan cenderung mudah emosi. Perilaku mudah emosi ini menyebabkan tekanan darah tinggi yang kita ketahui tidak baik bagi kesehatan jantung. Maka dari itu, memaafkan dapat menjaga kesehatan jantung.

3. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Menurut Worthington dan Scherer (dalam Nashori, 2011) memaafkan selanjutnya secara langsung akan mempengaruhi ketahanan dan kesehatan fisik dengan meningkatkan sistem kekebalan pada sel dan neuro-endokrin, membebaskan antibodi, dan memengaruhi proses dalam sistem saraf pusat.

4. Mendapat ketenangan hidup

Seseorang yang pemaaf sudah dipastikan mendapat ketenangan dalam hidupnya karena dengan memaafkan kita dapat terhindar dari emosi berlebihan yang dapat memicu kesehatan mental.

Memaafkan memang hal yang sulit untuk kita lakukan dan Sobat Psycho tidak perlu memaksakan hal itu. Terkadang, kita pun perlu memaafkan diri sendiri, karena dengan memaafkan diri sendiri kita dapat mengintropeksi dan merelaksasi diri kita sendiri. So, Sudahkah kamu memaafkan hari ini?

Referensi:

Arti kata maaf - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. (n.d.). Retrieved December 15, 2021, from https://kbbi.web.id/maaf

Memaafkan Itu Pasti, Tapi Melupakan Urusan Nanti. (n.d.). Retrieved December 15, 2021, from https://www.hipwee.com/list/memaafkan-itu-pasti-tapi-melupakan-urusan-nanti/

Nashori, F. (2011). Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Pemaafan. Unisia, 33(75), 214–226. https://doi.org/10.20885/unisia.vol33.iss75.art1

Wardhati, L. T., & Faturochman. (2006). Psikologi Pemaafan. Buletin Psikologi, 1984, 1–11.

Worthington, Everett. (2014). Forgiveness and Reconciliation: Theory and Application. Forgiveness and Reconciliation: Theory and Application. 1-307. 10.4324/9780203942734.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image