Jumat 17 Dec 2021 07:01 WIB

BRI Cetak Aset Rp 1.619 Triliun per Kuartal III 2021

Penyaluran kredit BRI tumbuh 13 persen secara ytd pada akhir kuartal III 2021.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama BRI Sunarso.
Foto: BRI
Direktur Utama BRI Sunarso.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencetak aset terbesar kedua sebesar Rp 1.619,77 triliun pada kuartal III 2021. Adapun realisasi ini tumbuh sebesar 7,14 persen secara year to date (ytd). 

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan total aset konsolidasi per 31 Desember 2020 sebesar Rp 1.511,8 triliun naik menjadi Rp 1.619,77 triliun per 30 September 2021. “BRI mencatat kredit yang diberikan tumbuh 13 persen secara ytd pada akhir kuartal III 2021. Kredit yang diberikan meningkat dari sebesar Rp 899,46 triliun per 31 Desember 2020 menjadi Rp 1.017 triliun per 30 September 2021,” ujarnya dalam keterangan pers tertulis, Jumat (16/12).

Baca Juga

Menurutnya terdapat ruang perseroan untuk memantik ekonomi lewat jalur ekspansi kredit. BRI memiliki kemampuan untuk melakukan ekspansi yang tercermin dari rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) yang masih berada angka 83 persen.

Sunarso menjelaskan kemampuan ekspansi ini ditopang oleh permodalan yang kuat dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 24 persen atau tiga kali lipat di atas threshold yang diatur Bank Indonesia.

“LDR kita berada kisaran 83 persen sedangkan yang optimal, bahkan regulator memberikan batasan atas 92 persen. Artinya, BRI masih punya ruang yang cukup secara likuiditas untuk menumbuhkan kredit. Maka, BRI masih punya kesempatan tumbuh secara agresif ke depan, tentu agresif yang disertai dengan kehati-hatian,” kata Sunarso.

Di samping itu, BRI berupaya melakukan transformasi manajerial dan kultur agar dapat meningkatkan tata Kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Adapun penerapan praktik ini salah satunya tercermin dari pengukuran-pengukuran yang dilakukan pihak independen.  

“Organisasi BRI harus punya agility yang tinggi, maka kemudian hierarki kita sederhanakan menjadi lebih flat dan lebih agile,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement