Kamis 16 Dec 2021 13:24 WIB

Produktivitas Padi Nasional Stagnan, Kementan Ingatkan Peran Penyuluh

Dalam kurun 10 tahun terakhir, produktivitas padi stagnan di 5,25 ton per hektare.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Petani memanen padinya dengan latar belakang Gunung Semeru di Desa Sumber Mujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (11/12/2021). Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan kapasitas para penyuluh pertanian untuk dapat menggenjot produktivitas padi secara nasional.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Petani memanen padinya dengan latar belakang Gunung Semeru di Desa Sumber Mujur, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (11/12/2021). Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan kapasitas para penyuluh pertanian untuk dapat menggenjot produktivitas padi secara nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan kapasitas para penyuluh pertanian untuk dapat menggenjot produktivitas padi secara nasional. Para penyuluh saat ini dituntut harus mampu beradaptasi dengan penggunaan teknologi digital dalam proses budidaya pertanian.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementan, Dedi Nursyamsi menuturkan, produktivitas padi era orde baru pernah melonjak dari 2,8 ton-2,9 ton per hektare menjadi 5,4 ton-5,6 ton per hektare. Peningkatan itu dicapai kurang dari 15 tahun berkat bimbingan massal oleh para penyuluh.

Baca Juga

Namun, dalam kurun 10 tahun terakhir, produktivitas padi nasional stagnan di level 5,1 ton-5,25 ton per hektare. Stagnasi itu terjadi di tengah perkembangan teknologi digital yang kian pesat bahkan telah merambah sektor pertanian.

"Produktivitas padi kita jalan di tempat, kemana para penyuluh? Saya hanya ingin menyampaikan bahwa sesungguhnya penyuluh itulah pendongkrak utama pertanian kita," kata Dedi dalam yang digelar BPPSDM Kementan, Kamis (16/12).

Ia mengungkapkan dahulu terdapat program Panca Usaha Tani yang mampu membawa sektor pertanian mengalami kemajuan pesat. Namun di era kini Kementan terus mengkampanyekan pertanian modern yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

"Itulah amunisi kita saat ini. Tidak sekadar on farm, tapi hingga off farm. Sarana prasarana hingga kredit usaha rakyat adalah modal kita semua," kata Dedi.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk dapat meningkatkan produktivitas padi nasional seharusnya tidak sesuli dahulu. Pasalnya, selain teknologi yang sudah semakin dekat, varietas-varietas padi ungul juga sudah tersedia.

"Sekarang, produktivitas varietas padi kita ada yang 12 ton per ha sampai 14 ton per hektare. Sudah bisa tembus di atas 10 ton per hektare. Lalu kurang apalagi?  Berarti yang harus digenjot adalah penembak jitunya yaitu penyuluh," ujarnya.

Sementara itu, Dosen Polbangtan Bogor, Momon Rusmono, mengatakan, pembangunan pertanian di Indonesia akan terus menjadi tumpuan ekonomi nasional. Pasalnya, saat ini hampir 29 persen tenaga kerja bekerja di sektor pertanian.

Penyuluh sebagai unsur penting dalam kemajuan pertanian diharapkan bisa membantu sektor ini untuk terus dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Ke depan, Momon mengungkapkan tantangan revolusi industri 4.0 harus mampu diikuti oleh pertanian nasional. Penyuluh juga wajib beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang fokus pada peningkatan produktivitas.

"Jangan main-main dengan faktor penyuluhan. Harus ada konsentrasi yang tinggi karena ini efektif meningkatkan kompetensi sasaran yang begitu banyak," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement