Kamis 16 Dec 2021 16:00 WIB

Mengenal Lebih Dekat Sejarah Muslim di Thailand Selatan

Thailand merupakan tempat persinggahan para penyebar Islam ke Nusantara.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Mengenal Lebih Dekat Sejarah Muslim di Thailand Selatan. Foto: Masjid Wadi Al Husein adalah salah satu peninggalan dalam sejarah penyebaran Islam di Thailand bagian selatan, tepatnya di Provinsi Narathiwat. Masjid ini berusia lebih dari 300 tahun.
Foto: thailand tourism directory
Mengenal Lebih Dekat Sejarah Muslim di Thailand Selatan. Foto: Masjid Wadi Al Husein adalah salah satu peninggalan dalam sejarah penyebaran Islam di Thailand bagian selatan, tepatnya di Provinsi Narathiwat. Masjid ini berusia lebih dari 300 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Dalam sejarah dituliskan bahwa Thailand merupakan tempat persinggahan para penyebar Islam ke Nusantara, baik yang datang dari Timur Tengah maupun melalui India. Wilayah Thailand Selatan menjadi wilayah yang amat penting dalam sejarah Islam di Negeri Gajah Putih tersebut.

KH Nasaruddin Umar dalam buku Geliat Islam di Negeri non-Muslim menjelaskan, Islam di Thailand mengalami perkembangan pesat. Islam adalah agama minoritas terbesar di sana, melampaui agama-agama minoritas lainnya. Thailand Selatan dengan ibukotanya, Pattani, dihuni oleh etnik Melayu Muslim.

Baca Juga

Di Thailand Selatan sering terjadi konflik dengan kelompok agama Buddha, karena secara geografis Thailand Selatan tetap bagian dari negara Thailand. Namun secara komunitas Muslim mayoritas mendiami wilayah ini. Sering kali, kata Kiai Nasar, ada kebijakan pemerintah pusat yang dianggap tidak adil bagi warga Thailand Selatan yang mayoritas beragama Islam.

Terlebih setelah kerajaan Melayu dihapuskan pada 1902, masyarakat dalam keadaan tertekan. Khsusunya pada Pemerintahan Pibul Songgram (1939-1944), orang-orang Melayu-Muslim sering merasa didiskriminasikan oleh Pemerintah Thailand yang didukung oleh mayoritas Buddha.

Hingga saat ini masyarakat Muslim Pattani menghadapi perlakuan diskriminatif bahkan dalam bentuk teror yang berkepanjangan. Meskipun pada dekade terakhir posisi politik umat Islam mengalami perlakuan lebih wajar ketimbang sebelumnya.

Berdasarkan catatan Kiai Nasar, populasi Muslim di Thailand Selatan (2019) meliputi provinsi Pattani 80 persen, Yala 68,9 persen, Satun 67,8 persen. Semula Thailand masih menjadi satu wilayah kekuasaaan di bahwa kepemimpinan Kerajaan Pattani Raya hingga abad ke-12.

Keadaan berubah setelah Kerajaan Sukhotai berdiri. Di bawah kekuasaan kerajaan ini, umat Islam mendapat tekanan yang cukup kuat. Namun meski Thailand terkenal sebagai negara Buddha, tapi pihak kerajaan cukup memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan kehidupan umat Islam saat ini.

Tanggung jawab urusan agama Islam di Thailand dipegang oleh seorang mufti yang memperoleh gelar syaikhul Islam (Chularajmontree). Mufti ini ada di bawah Kementerian Dalam negara serta Kementerian Pendidikan dan bertanggung jawab kepada raja. Mufti bertugas mengatur kebijakan yang bersangkutan dengan kehidupan Muslim, seperti penentuan awal dan akhir bulan Hijriyah.

Menurut data statistik terbaru, jumlah kaum Muslim di Thailand mencapai 4,6 persen atau sekitar 4 juta dari ttal 65 juta penduduk Thailand. Kini, kata Kiai Nasar, Islam di Thailand menjadi agama mayoritas kedua setelah Buddha.

Umat Islam di Thailand mempunyai pasang-surut dalam lintasan sejarah. Pada abad ke-12, Islam menjejakkan kakinya di Kerajaan Pattani, kemudian menjadi mayoritas di wilayah tersebut. Proses masuknya Islam di Thailand pun dimulai sejak Kerajaan Siam mengakui sisi Kerajaan Pattani Raya yang biasa disebut Pattani Darussalam.

Kini, umat Islam di Thailand mengalami perkembangan pesat dari segi kualitas maupun kuantitas. Banyak sekali mahasiswa Thailand yang melanjutkan studinya di beberapa UIN dan IAIN di Indonesia.

Jumlah mahasiswa dari Thailand di perguruan tinggi agama Islam di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Tadinya, kata Kiai Nasar, hanya di beberapa kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Riau, namun sekaranag sudah menyebar ke beberapa perguruan tinggi lain seperti UIN Aceh, IAIN Palembang, IAIN Padang, hingga UIN Malang. Mereka memilih Indonesia karena relatif dekat dan studi Islam di Indonesia lebih komprehensif dan moderat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement