Kamis 16 Dec 2021 12:52 WIB

Likuiditas Melimpah, Penerbitan Surat Utang Perbankan Melambat

Penerbitan surat utang perbankan turun jadi hanya Rp 7,8 triliun dari Rp 24 triliun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Utang (ilustrasi). Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan surat utang korporasi di industri perbankan mengalami perlambatan.
Foto: AP Photo/LM Otero
Utang (ilustrasi). Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan surat utang korporasi di industri perbankan mengalami perlambatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat penerbitan surat utang korporasi di industri perbankan mengalami perlambatan. Dalam dua tahun terakhir, total nilai penerbitan surat utang industri perbankan turun drastis dari Rp 24 triliun pada 2019 menjadi Rp 7,8 triliun pada 2020.

Sementara sepanjang tahun 2021, penerbitan surat utang oleh perbankan baru mencapai Rp 6,4 triliun. Direktur Pemeringkatan Pefindo, Hendro Utomo, mengatakan perlambatan ini terjadi seiring dengan meningkatnya likuiditas di industri perbankan. 

Baca Juga

"Ini fenomena yang cukup unik karena di tengah pandemi ini perbankan secara umum malah menikmati likuiditas, sehingga kebutuhan mereka untuk fund raising melalui penerbitan surat utang menjadi jauh berkurang kebutuhannya," jelas Hendro, Kamis (16/12). 

Di sisi lain, lanjut Hendro, industri perbankan juga mengalami credit crunch. Di tengah situasi pandemi, perbankan sangat selektif untuk menyalurkan kredit baru. Kombinasi kedua hal itu menyebabkan penerbitan surat utang oleh perbankan dua tahun ini sangat rendah.

Hendro memproyeksi penerbitan surat utang perbankan pada 2022 juga masih akan melambat. Ia melihat kondisi likuditas perbankan kemungkinan masih  cukup tebal di tahun depan, sehingga kebutuhan pendanaan dari surat utang belum bisa pulih sebesar sebelum pandemi. 

Berdasarkan industri, penerbitan surat utang korporasi hingga November 2021 didominasi oleh industri multifinance sebesar Rp 19,89 triliun naik dari Rp 14,35 triliun di 2020. Selanjutnya, industri konstruksi menyusul dengan penerbitan mencapai Rp 11,44 triliun, naik dari Rp 2,24 triliun di 2020. 

Adapun realisasi penggunaan dana penawaran umum periode Januari-Agustus 2021 didominasi oleh modal kerja dan refinancing dengan porsi masing-masing 51,3 persen dan 34,9 persen. Sedangkam penggunaan untuk investasi 3,7 persen dan lainnya 10,1 persen. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement