Selasa 14 Dec 2021 16:32 WIB

Apa Penyebab Gempa di Laut Flores? Ini Penjelasan BMKG dan BRIN

Kejadian gempa bukan merupakan perulangan dari gempa di Flores pada 1992.

Gempa di Nusa Tenggara Timur.
Foto: istimewa/tangkapan layar
Gempa di Nusa Tenggara Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, gempa bumi magnitudo 7,5 di Laut Flores, NTT pada Selasa (14/12) tidak berkaitan dengan aktivitas gunung berapi. Namun, gempa tektonik ini bisa memicu aktivitas gunung api.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, sampai saat ini, BMKG belum melihat adanya dampak gempa di Laut Flores ke gunung berapi. Ia mengemukakan, analisis aktivitas gunung berapi adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang juga sedang menangani Gunung Semeru dan Gunung Awu.

Baca Juga

Dwikorita juga menyampaikan, gempa di laut Flores itu merupakan gempa bumi dangkal yang diakibatkan aktivitas sesar atau patahan aktif di wilayah tersebut. "Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya gempa bumi yang terjadi merupakan gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar atau patahan aktif di Laut Flores," katanya dalam konferensi pers virtual yang diikuti dari Jakarta pada Selasa.

Dwikorita mengatakan, hasil analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG memperlihatkan bahwa gempa yang terjadi 112 kilometer barat laut kota Larantuka di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur pukul 10.20 WIB adalah diakibatkan adanya patahan geser. Peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Yulianto juga mengatakan, gempa magnitudo 7,4 di dekat Larantuka, Nusa Tenggara Timur, disebabkan oleh sesar geser, bukan sesar naik Flores. 

Dengan demikian, kejadian gempa itu bukan merupakan perulangan dari gempa di Flores pada 12 Desember 1992 yang diikuti gelombang tsunami yang menewaskan 2.100 jiwa. "Dari mekanisme fokalnya gempa ini dipicu oleh aktivitas sesar geser," kata Eko saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Eko menuturkan dari aktivitas gempanya, sesar geser secara umum bisa memicu tsunami tapi kecil. Kalaupun ada tsunami, kemungkinan tsunami kecil karena sesar geser.Sesar geser sebagian besar tidak memicu tsunami. 

Namun, dalam beberapa kasus, sesar geser bisa memicu tsunami seperti tsunami Palu pada 2018. Gempa di Flores dengan tsunami mencapai 36 meter pada 1992 dipicu oleh aktivitas sesar naik Flores (back-arc thrust). Sesar naik Flores juga memicu gempa Lombok pada 2018. 

Sesar ini memanjang arahnya dari barat ke timur. Namun, gempa Larantuka tidak berkaitan dengan sesar naik Flores yang memicu peristiwa gempa dan tsunami pada 1992 tersebut.

Baca Juga:

Gempa magnitudo 7,4 terjadi di Laut Flores dengan kedalaman 10 kilometer pada Selasa (14/12), pukul 10.20 WIB. Lokasi gempa adalah 112 kilometer barat laut Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

BMKG menyebutkan, guncangan akibat gempa itu dirasakan di daerah Ruteng, Labuan Bajo, Larantuka, Maumere, Adonara dan Lembata dengan intensitas guncangan skala III-IV MMI atau dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah.

Selain itu, guncangan juga dirasakan di Tambolaka, Waikabubak, dan Waingapu di NTT dengan kekuatan guncangan intensitas III MMI atau getaran terasa nyata di dalam rumah seperti gerakan truk yang berlalu. Namun, BMKG sampai saat ini belum menerima laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa tersebut.

Gempa itu juga berpotensi tsunami, dengan titik pemantauan di Marapokot, Kabupaten Nagekeo di NTT pada pukul 10.36 WIB serta Reo di Kabupaten Manggarai pada pukul 10.39 WIB mendeteksi tsunami dengan ketinggian 0,07 meter atau 7 sentimeter. 

BMKG saat ini telah mengakhiri peringatan dini tsunami untuk gempa tersebut dengan dua jam sejak gempa pertama terjadi tidak terdeteksi kenaikan air laut lagi. Kendati demikian, warga tetap harus waspada dengan aktivitas gempa susulan. 

BMKG mencatat 20 aktivitas gempa bumi susulan terjadi setelah gempa dengan magnitudo 7,4. Deputi Bidang Geofisika BMKG M Sadri mengatakan, magnitudo gempa bumi susulan paling besar 6,8 dan paling kecil 3,4.

"Gempa susulan ini bervariasi tapi memang skalanya mengecil. Kami mengimbau untuk seluruh masyarakat untuk tidak panik tetapi tetap harus waspada," katanya.

"Gempa susulan dapat terus terjadi dan walaupun skalanya kecil bisa saja rumah yang kurang bagus konstruksinya bisa rubuh sehingga apabila ada yang di dalam rumah itu bisa jadi korban," katanya.

Warga yang tinggal di daerah yang terdampak gempa dianjurkan tidak langsung masuk ke dalam rumah, melainkan lebih dulu memeriksa kondisi bangunan tempat tempat tinggal untuk memastikan tidak ada kerusakan yang bisa mengganggu kestabilan bangunan. Sadri juga meminta warga yang berada di daerah pegunungan dan di sekitar tebing mewaspadai kemungkinan terjadi tanah longsor.

"Karena gempa ini cukup besar maka dampaknya juga tebing-tebing bisa longsor maka sebaiknya menghindari juga di situ, jangan dekat-dekat tebing, tidak usah naik-naik gunung dulu sampai betul-betul dijamin bahwa gempa susulan sudah selesai," katanya.

Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan, belum ada laporan tentang adanya kerusakan maupun korban jiwa akibat terjadinya gempa bumi magnitudo 7,4, yang melanda sejumlah daerah di Pulau Flores dan Sumba. "Kami telah berkoordinasi dengan para bupati yang dilanda gempa bumi untuk melakukan berbagai antisipasi terhadap terjadinya gempa bumi ini," kata dia. 

Viktor berharap warga di Provinsi NTT itu untuk tetap tenang dan meminta warga yang sempat mengungsi untuk kembali ke rumah masing-masing karena sesuai pemberitahuan dari BMKG sudah tidak lagi berpotensi tsunami. "Apabila pulang ke rumah agar memastikan bangunan rumah yang ditempati itu aman dan masih bisa ditempati sehingga bisa meminimalkan terjadinya korban jiwa apabila ada potensi gempa bumi susulan,"ujarnya.

Dia mengatakan, apabila masih terjadi gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 7,4, masyarakat di daerah itu untuk mengungsi ke titik-titik kumpul yang telah ditentukan. "Walaupun BMKG sudah menyatakan potensi tsunami sudah berakhir tetapi masyarakat di pulau Flores, Lembata dan Sumba untuk tetap waspada, apabila terjadi gempa susulan untuk mengamankan diri ke lokasi titik kumpul yang aman," katanya.

photo
Seorang ibu dipapah anaknya saat mengungsi ke tempat yang lebih aman menyusul adanya peringatan dini tsunami di Kota Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Selasa (14/12/2021). Gempa berkekuatan 7,4 skala richter pada pukul 11.20 Wita di Laut Flores tersebut disusul adanya peringatan dini tsunami dari BMKG sehingga mengakibatkan warga di Kota Maumere berhamburan mengungsi karena trauma dengan tsunami yang pernah terjadi pada tahun 1992. - (ANTARA/Siska)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement