Ahad 12 Dec 2021 20:39 WIB

Gerakkan Ekonomi, Nelayan Desa Mojo Terima Bantuan 1.000 Bubu

Untuk mendorong produktifitas serta peningkatan hasil tangkapan di laut.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gerakkan Ekonomi, Nelayan Desa Mojo Terima Bantuan 1.000 Bubu (ilustrasi).
Foto: ANTARA / Irwansyah Putra
Gerakkan Ekonomi, Nelayan Desa Mojo Terima Bantuan 1.000 Bubu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,PEMALANG -- Para nelayan di wilayah des Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah mendapatkan bantuan alat tangkap rajungan (bubu) guna mendukung pemulihan ekonomi terdampak pandemi Covid-19.

Para nelayan di desa ini mendapatkan bantuan total sebanyak 1.000 bubu, agar bisa dimanfaatkan sebagai sarana untuk mendorong produktifitas serta peningkatan hasil tangkapan di laut.

Baca Juga

“Walaupun pandemi sudah mereda, namun kesejahteraan para nelayan di kawasan pantai utara (pantura) Jawa Tengah tersebut belum sepenuhnya pulih,” ungkap Anggota Komisi C DPRD Provinsi Jawa Tengah, Riyono, Ahad (12/12).

Ia juga berharap bantuan alat tangkap ini dapat dioptimalkan para nelayan guna mendukung produktifitas serta peningkatan kesejahteraannya. Sehingga situasi sulit yang dihadapi dapat segera berlalu.

Menurutnya, ujian para nelayan di tengah pandemi seperti saat ini sangat luar biasa. Selain menurunnya produktivitas hasil tangkapan, kondisi cuaca di laut yang akhir- akhir ini juga kurang bersahabat.

Sehingga menyebabkan hasil tangkapan kurang maksimal dan cenderung fluktuatif. Di sisi lain, harga hasil tangkapan rajungan pun cendrung murah di pasar pelelangan ikan, hingga  pendapatan para nelayan juga ‘terjun bebas’.

Harga yang cenderung murah serta tidak sebanding dengan modal perbekalan melaut yang harus dikeluarkan membuat nelayan sering mengalami kerugian saat melaut. “Maka, bantuan alat tangkap ini diharapkan bisa membantu mengatasi problem tersebut,” tegasnya.

Bahkan tidak hanya nelayan rajungan saja, nelayan tangkap di pesisir pantura Jawa Tengah saat ini sedang menghadapi musim barat dengan gelombang yang tingginya bisa mencapai 3 hingga  4 meter.

Dampaknya, kapal dengan ukuran 4 sampai  5 groston (GT) jamak terombang ambing karena tingginya gelombang laut. “Bahkan pernah terjadi kapal nelayan Mojo yang diterjang ombak sampai pecah dan rusak berat sehingga tidak bisa dipakai kembali oleh nelayan,” lanjut Riyono.

Tak hanya itu, gelombang tinggi juga sudah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, terutama  nelayan tradisional yang selama ini menghasilkan pendapatan dari menangkap rajungan serta cumi.

“Saat ini, jumlah nelayan Desa Mojo mencapai 250 orang dengan kepemilikan kapal maksimal hanya 5 GT. Maka dengan bantuan alat tangkap ini, persoalan yang dihadapi nelayan akan dapat teratasi,” tambah politikus PKS Jawa Tengah ini.

Oleh karena itu, nelayan harus mendapatkan perlindungan dan pemberdayaan secara maksimal. Sebab --dalam UU 7/2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan-- telah memberikan mandat kepada pemerintah daerah memberikan perhatian nyata kepada nelayan.

“Asuransi kecelakaan kerja dan bantuan sosial saat musim barat wajib diberikan oleh pemda sebagai bentuk keberpihakan pemerintah kepada masyarakat miskin, khususnya para nelayan kecil,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement