Sabtu 11 Dec 2021 16:56 WIB

Kemenag: Jadikan Masjid sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan Islam

Sejak 2016 Kepustakaan Islam Kemenag lakukan peningkatan layanan pustaka masjid

Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat melalui penerbitan dan distribusi buku keagamaan kepada masjid dan musala. Hal ini disampaikan oleh Kasubdit Kepustakaan Islam, Abdullah Al Kholis di sela acara Peningkatan Ukhuwah Islamiyah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Dalam Bingkai Moderasi Beragama, Bogor, Jumat (10/12).
Foto: Kemenag
Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat melalui penerbitan dan distribusi buku keagamaan kepada masjid dan musala. Hal ini disampaikan oleh Kasubdit Kepustakaan Islam, Abdullah Al Kholis di sela acara Peningkatan Ukhuwah Islamiyah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Dalam Bingkai Moderasi Beragama, Bogor, Jumat (10/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Kementerian Agama terus berupaya meningkatkan literasi masyarakat melalui penerbitan dan distribusi buku keagamaan kepada masjid dan musala. Hal ini disampaikan oleh Kasubdit Kepustakaan Islam, Abdullah Al Kholis di sela acara Peningkatan Ukhuwah Islamiyah Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Dalam Bingkai Moderasi Beragama, Bogor, Jumat (10/12).

Kholis menyatakan, sejak 2016 lalu Subdit Kepustakaan Islam telah melakukan program peningkatan layanan pustaka keagamaan yang berfokus di masjid dan musala. Salah satunya dengan melakukan penerbitan atau penggandaan buku-buku keagamaan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

"Harapannya agar masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga menjadi pusat ilmu pengetahuan bagi umat Islam, termasuk di dalamnya kajian keagamaan yang bermutu," tutur Kholis. 

Kholis mengungkapkan, peningkatan literasi juga tidak hanya menyasar kepada masyarakat dewasa secara umum, namun akan merangkul anak-anak usia dini dan kaum difabel dengan buku keagamaan yang telah disesuaikan bagi mereka.

"Misalnya untuk anak-anak menggunakan metode buku komik atau kartun animasi, sementara untuk kaum difabel nanti diajarkan untuk membaca buku keagamaan yang dilengkapi huruf braille," ujarnya. 

Selain penerbitan buku secara fisik, Kholis menyatakan, pembuatan buku digital juga penting mengingat saat ini perkembangan teknologi semakin pesat dan mayoritas masyarakat menggunakan gawainya untuk beraktivitas. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement