Sabtu 11 Dec 2021 14:19 WIB

12 Anak di Simeulue Aceh Alami Gizi Buruk

Dinkes mengeklaim penyebab gizi buruk karena rendahnya daya beli di masa pandemi.

Sebanyak 12 anak di Kabupaten Simeulue Aceh mengalami gizi buruk selama 2021 diduga karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan daya beli pemenuhan gizi turun. (Ilustrasi)
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Sebanyak 12 anak di Kabupaten Simeulue Aceh mengalami gizi buruk selama 2021 diduga karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan daya beli pemenuhan gizi turun. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH--Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue, Aceh, menyebutkan 12 anak di kabupaten kepulauan di Samudera Hindia tersebut mengalami gizi buruk sepanjang 2021. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue Nurhadini mengatakan belasan anak gizi buruk tersebut tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Simeulue.

"Dari 12 anak mengalami gizi buruk tersebut, lima di antaranya kini dinyatakan sembuh, seorang meninggal dunia, seorang berstatus gizi kurang, dan lima lainnya masih dalam penanganan," kata Nurhadini di Simeulue, Jumat (10/12).

Baca Juga

Nurhadini mengatakan penyebab terjadinya gizi buruk karena rendahnya daya beli masyarakat guna memenuhi gizi terutama di masa pandemi Covid-19. Selain itu, lingkungan kurang bersih juga menjadi faktor penyebab lain.

Nurhadini mengatakan Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue terus berupaya mengatasi gizi buruk dengan memberikan makanan pemulihan kepada anak atau balita penderita gizi buruk. Selain itu, kata Nurhadini, pemberian makanan tambahan, memberikan pelayanan gizi berbasis masyarakat, melatih ibu hamil, serta upaya lainnya mengurangi angka penderita gizi buruk.

Menurut Nurhadini, ada beberapa kendala penanganan gizi buruk, di antaranya kurangnya dukungan keluarga terutama dalam pemberian makanan tambahan. Serta pemberian makanan tambahan tidak tepat sasaran.

"Kami terus berupaya memberi pemahaman kepada orang tua anak yang mengalami gizi buruk. Sebab tanpa dukungan orang tua, apa yang kami lakukan sulit mendapatkan hasil maksimal," kata Nurhadini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement