Sabtu 11 Dec 2021 08:07 WIB

Hakikat dan Tujuan Menafsirkan Alquran, Tak Sekadar Membaca

Alquran mempunyai makna-makna indah yang ditangkap penafsirnya

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Alquran mempunyai makna-makna indah yang ditangkap penafsirnya. Alquran (ilustrasi)
Foto: ANTARA
Alquran mempunyai makna-makna indah yang ditangkap penafsirnya. Alquran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sewaktu Rasulullah ﷺ masih hidup di tengah-tengah sahabat, beliau adalah orang yang menafsirkan Alquran dan menjelaskan pesan-pesan teks Alquran yang turun kepada mereka.

Karena bagaimana pun para sahabat tidak dapat memahami seluruh maksud Alquran tanpa penjelasan dari Rasulullah ﷺ. Dari situlah Rasulullah menjelaskan atau menafsirkan Alquran di samping juga menyampaikan teks-teksnya dan membacakannya.

Baca Juga

Nur Faizin dalam buku Tema Kontroversial Ulumul Quran menjelaskan, namun karena bahasa Alquran adalah bahasa keseharian sahabat, maka jumlah ayat-ayat yang belum mereka pahami pun hanya terbatas pada beberapa ayat saja. Sebab itulah, tidak banyak hadits-hadits Rasulullah yang khusus menjelaskan maksud kalimat Alquran atau maksud pesan ayat.

Sehingga secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan seorang penafsir Alquran secara umum adalah menerangkan dan menjelaskan semua yang dia dapatkan dan pahami dari maksud Allah ﷻ yang terkandung dalam teks-teks Alquran. Penjelasan itu harus disertai hujjah atau bukti.

 

Dengan bantuan segala ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Alquran, seorang penafsir atau interpreter diharapkan mampu mengungkap rahasia Alquran dan menjelaskannya kepada manusia.

Tidak heran jika sekian banyak lafaz atau ayat-ayat Alquran itu membutuhkan tafsir, karena ada ayat yang susunan kalimatnya singkat tapi luas pengertiannya; dalam lafal yang sedikit dan singkat saja terhimpun sekian banyak makna. 

Di samping itu, Alquran diturunkan dengan bahasa Arab dengan segala keragaman peristilahan dan uslub yang terdapat di dalamnya. Ada yang jelas dan ada yang kiasan, ada yang umum dan ada yang khusus, ada yang terbatas dan ada yang tidak terbatas, ada yang dapat dipahami dengan isyarat dan ada yang dipahami dengan ibarat, ada yang hakiki dan ada yang majazi. 

Manusia juga ada saling berbeda dalam tingkat pemahaman dan pengetahuannya. Di antara mereka ada juga yang tidak mampu memahami, kecuali makna zahir yang mudah dan dangkal. 

Ada juga yang mampu menyelami dan memahami maknanya yang jauh dan dalam. Di samping Alquran sendiri turun dengan berbagai macam sebab dan latar belakang tertentu yang dapat mengantarkan ke makna yang dikehendaki, sehingga diperoleh pemahaman yang benar. Karena sebab-sebab itu, manusia sangat membutuhkan tafsir Alquran, agar dapat memahami dengan baik dan mengamalkannya dengan baik pula, sebagaimana firman Allah ﷻ: 

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا

“Apakah mereka tidak memperhatikan (maksud) Alquran? Sekiranya Alquran itu bukan dari Allah, tentu mereka dapati pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisa 82).   

Ayat-ayat di atas menganjurkan mengajak berpikir dengan Alquran dengan baik dan mengambil pelajarannya, agar orang-orang mukmin dapat melaksanakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam Alquran dan berfikir tegak melaksanakan hukum-hukumnya dalam menegakkan kehidupan di sekitarnya berdasarkan asas dan cahayanya. Banyak perintah Allah ﷻ dalam Alquran kepada hamba-hambaNya, agar mereka mengambil pelajaran dari berbagai perumpamaan di dalam Alquran. 

Semua itu menunjukkan bahwa mereka harus mengetahui takwil dan tafsir ayat-ayat Alquran untuk diketahui kaum Muslimin. Namun mustahil orang yang diperintah itu mengetahui isi Alquran kalau dia tidak mengetahui makna Alquran.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement