Sabtu 11 Dec 2021 00:08 WIB

Limbah Tempe Bisa Suburkan Tanaman

Limbah tempe mengandung phosphor, nitrogen dan kalium yang dibutuhkan tanaman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pekerja membuat tempe. Selain mengandung protein yang baik dikonsumsi manusia, limbah tempe juga bagus untuk tanaman.
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang pekerja membuat tempe. Selain mengandung protein yang baik dikonsumsi manusia, limbah tempe juga bagus untuk tanaman.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tempe merupakan makanan keseharian masyarakat Indonesia. Tempe dapat diolah dalam berbagai varian masakan, sehingga sesuai selera banyak orang. Gizi yang dikandungnya membuat tempe jadi santapan murah meriah dan mengenyangkan.

Di balik itu, dalam pembuatan tempe juga menghasilkan limbah yang mengeluarkan bau tidak sedap. Limbah dapat mengotori saluran air di sekitar rumah dari air buangan seperti air cucian, air rebusan dan air rendaman kacang kedelai.

Baca Juga

Dari satu kali proses pembuatan tempe, bisa menghasilkan kira-kira lima liter air rebusan kacang kedelai. Air rebusan kedelai yang dihasilkan memiliki warna kuning kecoklatan, kemudian berbau kedelai yang direbus dan berbuih putih.

Dalam limbah cair rebusan kedelai ada unsur hara Phospor (P), Nitrogen (N) dan Kalium (K) untuk pertumbuhan tanaman. Dari sini, mahasiswa Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Nastiti Estiningtyas, mengolah limbah tempe agar bisa bermanfaat.

Limbah tersebut berasal dari proses pembuatan tempe dan ampas tempenya. Air rebusan olahan kedelai mengandung 0,11 persen karbohidrat, 0,42 persen protein, 0,13 persen lemak, 4,55 persen besi, 1,74 persen fosfor dan 98,8 persen air.

"Ampas tempe yang sudah kering dapat dijadikan campuran makanan unggas peliharaan seperti ayam," kata Nastiti, Jumat (10/12).

Bahan yang dibutuhkan air bekas rendaman tempe, gula jawa dan botol bekas. Air rebusan kedelai didapat dari merebus kacang kedelai empat jam, dikumpulkan dan dicampurkan gula merah sehingga nantinya bisa menjadi mikroorganisme lokal (MO).

MO itu mengandung unsur hara makro, mikro dan mikroorganisme sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, pengendali hama dan penyakit tanaman. Dengan begitu dapat jadi dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik.

Proses pembuatan MOL mencampur lima liter air rebusan kedelai dengan seperempat kilogram gula merah. Campuran difermentasi selama 14 hari dengan tetap diaduk setiap harinya dan dibuka wadah fermentasinya agar wadah tidak menggembung.

MOL yang sudah jadi dapat langsung diaplikasikan ke tanaman dengan mencampur satu liter MOL dengan air 10 liter, lalu diaduk rata dan siramkan sekitar tanaman yang ada. Selain itu, MOL bisa digunakan untuk membuat pupuk organik.

Kegiatan ini dilakukan di Desa Sendangrejo Minggir Sleman Yogyakarta sebagai salah satu program KKN UNY. Nastiti berharap, dengan ada pengetahuan tentang pengolahan limbah tempe ini masyarakat dapat meminimalisasi polusi lingkungan.

"Dan memanfaatkan limbah tersebut dengan baik," ujar Nastiti.

 

Advertisement