Jumat 10 Dec 2021 19:15 WIB

Rektor: Indonesia Perlu Belajar Produk Halal dari Malaysia dan Thailand

Indonesia masih menduduki ranking lima terbawah dalam hal makanan minuman halal.

Rektor: Indonesia Perlu Belajar Produk Halal dari Malaysia dan Thailand. Ilustrasi Halal
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Rektor: Indonesia Perlu Belajar Produk Halal dari Malaysia dan Thailand. Ilustrasi Halal

IHRAM.CO.ID, SAMARINDA -- Rektor Institut Agama Islam (IAI)Tazkia Bogor Prof Murniati Mukhlisin menyatakan Indonesia harus belajar tentang industri produk halal dari dua negara tetangga, yaitu Malaysia dan Thailand.

"Suatu tantangan untuk membawa Indonesia menjadi pusat perekonomian dan keuangan syariah dunia pada 2024, termasuk makanan minuman halal rankingnya harus nomor satu," katanya di Samarinda, Kalimantan Timur, Jumat (10/12).

Baca Juga

Indonesia sampai saat ini masih menduduki ranking lima terbawah dalam hal makanan minuman halal di dunia. Jika dilihat dari geliat negara-negara yang sudah sangat memerhatikan makanan minuman halal, kata dia, mereka sebenarnya melihat ada potensi ekonomi di sana.

Sehingga mereka pun semangat menerapkan agar mendapatkan pendapatan bagi negaranya, kesejahteraan bagi rakyatnya dan pelaku-pelaku bisnisnya juga mendapatkan peluang memasarkan produknya. "Semakin lama orang semakin sadar tentang pentingnya makanan minuman halal bukan hanya bagi Muslim, tetapi juga non-Muslim. Dari situlah strategi dibuat oleh pemerintah Thailand dan Malaysia," katanya.

Dengan jumlah penduduk 35 juta jiwa dan 60 persen penduduknya atau sekitar 17 juta jiwa merupakan Muslim. Malaysia menjadi pemasok makanan minuman halal terbaik di dunia.

Ia pun mengungkapkan para pelaku bisnis di Indonesia kerap mengeluh tentang susah, mahal dan lamanya mendapatkan sertifikasi halal itu. "Selama satu tahun terakhir pemerintah mengubah beberapa kebijakan dengan dibentuknya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan ini menjadikan geliat untuk mendapatkan sertifikasi halal semakin mudah," katanya.

Dia juga menegaskan saat ini yang harus dilakukan ialah sosialisasi yang lebih baik lagi kepada masyarakat, menghapuskan stigma susah, mahal dan lama serta harus bergerak bersama. Ia menyatakan negara luar sering kali membuat penelitian tentang hewan yang dipotong secara islam akan menunjukkan hewan tersebut meninggal dengan tenang.

"Darahnya habis sehingga dia sehat dikonsumsi. Lebih sehat dibandingkaan dengan yang ditembak. Mereka sampai kaget," katanya.

Ia pun menyebut negara luar lama kelamaan menyadari halal bukan hanya identik dengan islam, melainkan kesehatan. "Itu yang kita promosikan terus. Kalau kita tanya 'is it halal' mereka nggak tersinggung. Saya sering ke berbagai negara dan mereka mengakui halal itu baik, halal itu sehat," ujar Murniati.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement