Jumat 10 Dec 2021 18:23 WIB

Kemenkes Periksa Kualitas Udara dan Makanan di Pengungsian

Hasil pemeriksaan akan dianalisa terlebih dahulu di laboratorium.

Kemenkes Periksa Kualitas Udara dan Makanan di Pengungsian. Pengungsi beraktivitas di posko pengungsian Kantor Kepala Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12). Sebanyak 2.004 warga korban erupsi Gunung Semeru mengungsi di 19 titik pengungsian yang tersebar di 3 Kecamatan diantaranya Kecamatan Candipuro, Pronojiwo dan Pasirian. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kemenkes Periksa Kualitas Udara dan Makanan di Pengungsian. Pengungsi beraktivitas di posko pengungsian Kantor Kepala Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12). Sebanyak 2.004 warga korban erupsi Gunung Semeru mengungsi di 19 titik pengungsian yang tersebar di 3 Kecamatan diantaranya Kecamatan Candipuro, Pronojiwo dan Pasirian. Republika/Thoudy Badai

IHRAM.CO.ID, LUMAJANG -- Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya, Jawa Timur, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan melakukan pemeriksaan udara dan makanan di tempat pengungsian warga terdampak letusan Gunung Semeru. Analis Laboratorium BBTKLPP Surabaya Arifah Hendra mengatakan melakukan pemeriksaan kualitas udara ambien (udara bebas) dan udara ruang, serta pengawasan kualitas makanan dan air bersih.

"Ini kami melakukan pemeriksaan kualitas udara, kemudian juga kualitas makanan. Untuk makanan, itu sampelnya dari dapur umum," kata Arifah, Jumat (10/12).

Baca Juga

Salah satu lokasi yang diperiksa kualitas udaranya oleh Tim Reaksi Cepat BBTKLPP Surabaya adalah pada Posko Pengungsian SDN 4 Supiturang, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Ia menambahkan, untuk pemeriksaan makanan, akan dilakukan pada dapur umum yang ada di area tersebut. Pemeriksaan makanan dilakukan untuk melihat kandungan nitrat, nitrit, boraks, formalin dan E.coli.

"Kita akan ambil sampelnya. Jadi dalam satu hari, ada tiga sampel. Semua dapur umum kita periksa," ujarnya.

Hasil pemeriksaan dan pengambilan sampel tersebut nantinya akan dianalisa terlebih dahulu di laboratorium yang ada. Kemudian, hasil analisa dan evaluasi akan dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan.

"Jadi setiap hari kita melaporkan hasil-hasil pemantauan. Karena memang kita tidak boleh kosong. Harus secara bergantian, itu harus selalu ada," katanya.

Gunung Semeru meletus pada 4 Desember 2021 dan mengeluarkan awan panas guguran (APG) mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kurang lebih pukul 15.20 WIB. Kecamatan Pronojiwo merupakan salah satu wilayah terdampak cukup parah akibat letusan Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021. 

Pada kecamatan tersebut, ada 10 lokasi pengungsian dengan jumlah pengungsi mencapai 525 jiwa. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis (9/12) pukul 12.00 WIB, 43 orang meninggal dunia dan 104 orang luka-luka. Dari total warga yang mengalami luka tersebut, 32 orang mengalami luka berat, dan sisanya luka sedang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement