Kamis 09 Dec 2021 10:23 WIB

Ikatan Alumni S3 PBI UNS Gelar Konferensi Internasional Berbahasa Indonesia

Konferensi internasional ini juga menghadirkan beberapa pemakalah pendamping.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ikatan Alumni S3 PBI UNS Gelar Konferensi Internasional Berbahasa Indonesia. Gerbang kampus Universitas Sebelas Maret (UNS).
Foto: Dok UNS
Ikatan Alumni S3 PBI UNS Gelar Konferensi Internasional Berbahasa Indonesia. Gerbang kampus Universitas Sebelas Maret (UNS).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Ikatan Alumni Program Doktor (S3) Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo menyelenggarakan International Conferences of Humanities and Social Science (ICHSS) pada Rabu (8/12) secara virtual.

Konferensi bertajuk "The Study of Humanities and Social Science to Develop a Form of Unity in Diversity" tersebut mampu menarik 120 naskah penelitian dari berbagai disiplin ilmu. Pengirim naskah terdiri dari dosen, pegiat BIPA, mahasiswa S-3, dan praktisi di berbagai bidang ilmu.

Baca Juga

Konferensi disampaikan dalam bahasa Indonesia meskipun acara bersifat internasional. Hal itu sesuai dengan amanah Perpres Nomor 63 tahun 2019. Konferensi menghadirkan beberapa narasumber yang fokus pada perkembangan ilmu kebahasaan dan pendidikan. Di antaranya, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Manila, Filipina, Aisyah Endah Palupi,Wakil Rektor Bagian Hubungan Luar Negeri dan Alumni Fatoni University Thailand, Sukree Langputeh, serta Ketua Program Studi S-3 PBI UNS, Andayani.

Pemateri pertama Aisyah Endah Palupi menyampaikan tentang diplomasi bahasa melalui sistem pendidikan di Filiphina dan Thailand. "Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) harus diterapkan pada WNI yang ingin bekerja di Indonesia. Mereka harus dapat berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sehingga bersifat resiprokal. Tahun depan UKBI akan disosialisaikan di Filiphina" jelasnya seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (9/12).

Pembahasan mengenai kedudukan bahasa disampaikan oleh Sukree Langputeh. Dia menyebut, di Thailand, bahasa Indonesia tidak sekadar bernilai sebagai bahasa tetapi memiliki kedudukan dan jabatan tersendiri.

Sedangkan Andayani lebih memfokuskan pemaparan pada problema pembelajaran bahasa Indonesia di era pandemi dan usai pandemi. "Adanya pergeseran dari belajar bahasa sebagai alat komunikasi ke arah belajar ilmu bahasa disebabkan oleh perubahan pola pembelajaran dari tatap muka ke dalam jaringan," ungkapnya.

Konferensi tersebut dibuka oleh Rektor UNS, Jamal Wiwoho. Jamal mengapresiasi kegiatan yang diinisiasi oleh S3 PBI UNS itu. Dia mengungkapkan selama ini bidang humaniora dipandang sebelah mata dibanding dengan bidang eksakta. Namun, sejatinya bidang humaniora sangat diperlukan masyarakat. Fakta ini menjadi tantangan bagi para ahli pendidikan untuk mengubah paradigma tersebut. Konferensi ini merupakan salah satu bukti dan usaha untuk mengangkat martabat ilmu humaniora.

"Konferensi ini membuktikan ke masyarakat luas kalau ilmu-ilmu humaniora ini memang dibutuhkan masyarakat. Ilmu humaniora ini bisa menjaga persatuan dan kesatuan seluruh penduduk Indonesia," ucap Jamal.

Selain membumikan kembali ilmu humaniora di tengah masyarakat, Jamal juga memandang konferensi tersebut dapat memberikan dampak positif bagi Prodi S3 PBI UNS. Dia berharap konferensi ini dapat memacu para mahasiswa doktoral untuk lebih produktif menulis artikel ilmiah sekaligus meneliti sesuai subjek ilmunya.

Ketua panitia ICHSS 2021, Imroatus Solikhah, mengatakan, selain narasumber utama, konferensi internasional ini juga menghadirkan beberapa pemakalah pendamping. Para pemakalah pendamping akan mempresentasikan artikel mereka yang sebelumnya sudah diseleksi oleh panitia. Makalah-makalah dari pemakalah pendamping tersebut akan disubmit ke sejumlah jurnal dan beberapa prosiding.

"Kami sampaikan jumlah makalah pendamping yang akan disubmit di jurnal dan prosiding berjumlah 120 makalah," ujar Imroatus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement