Rabu 08 Dec 2021 02:50 WIB

Swiss Kerahkan Tentara Tangani Lonjakan Covid-19

Pengerahan personel militer untuk membantu sistem layanan kesehatan.

Swiss kembali mengerahkan 2.500 tentara untuk membantu pemerintah daerah menangani pandemi virus corona, demikian dinyatakan pemerintah, Selasa (7/12). (ilustrasi)
Foto: Max Pixel
Swiss kembali mengerahkan 2.500 tentara untuk membantu pemerintah daerah menangani pandemi virus corona, demikian dinyatakan pemerintah, Selasa (7/12). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Swiss kembali mengerahkan 2.500 tentara untuk membantu pemerintah daerah menangani pandemi virus corona, demikian dinyatakan pemerintah, Selasa (7/12). Pengerahan para personel militer itu dilakukan untuk membantu sistem layanan kesehatan pada saat kasus Covid-19 melonjak.

Pemerintah pusat akan membuka kesempatan bagi pemerintah-pemerintah daerah untuk mengajukan permintaan bantuan melayani pasien, menyediakan kendaraan untuk mengangkut pasien, serta membantu vaksinasi jika tenaga pertahanan sipil, pemadam kebakaran, dan layanan swasta tidak mencukupi. Pemerintah mengatakan pihaknya akan meminta parlemen untuk menyetujui langkah itu, yang akan dijalankan hingga 31 Maret.

Baca Juga

Swiss tahun lalu juga mengerahkan militer sebanyak dua kali untuk membantu penanganan pandemi. Swiss dan negara tetangganya, Liechtenstein, telah melaporkan lebih dari satu juta kasus terkonfirmasi Covid-19 serta hampir 11.300 kematian akibat penyakit itu sejak pandemi mulai muncul tahun lalu.

Kasus virus corona itu kembali merebak hingga membuat rumah-rumah sakit kewalahan. Hampir 79 persen unit layanan intensif rumah sakit (ICU) saat ini terisi. Sedikitnya 30 persen dari angka itu adalah pasien Covid-19.

Sementara itu, pemerintah berupaya tetap membuka aktivitas ekonomi di tengah keadaan yang disebutnya "kritis". Pekan lalu, pemerintah Swiss memperketat kewajiban pada warga untuk mengenakan masker serta menunjukkan sertifikat vaksinasi atau bukti jika seseorang sudah sembuh dari Covid-19.

Penduduk Swiss yang sudah divaksin lengkap baru mencapai 66 persen, yakni tiga dari empat orang berusia di atas 12 tahun.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement