Selasa 07 Dec 2021 20:09 WIB

Putin Siap Dengarkan Kekhawatiran Biden Terkait Ukraina

Rusia dilaporkan sedang mempersiapkan serangan ke Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Rusia Vladimir Putin.
Foto: AP/Mikhail Metzel/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Rusia Vladimir Putin.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dijadwalkan melakukan percakapan bilateral virtual pada Selasa (7/12). Hal itu dilakukan saat kedua belah pihak tengah terlibat ketegangan terkait situasi di Ukraina.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengungkapkan, dalam pembicaraan tersebut, Putin siap mendengarkan kekhawatiran Biden terkait Ukraina. Namun Peskov menyesali kecenderungan Washington yang dapat diprediksi, yakni penggunaan sanksi. “Tidak perlu mengharapkan terobosan dari pembicaraan ini. Ini adalah pembicaraan pekerjaan pada periode yang sangat sulit,” kata Peskov.

Baca Juga

Kendati demikian, mengingat ketegangan yang saat ini sedang berlangsung, Peskov menilai pembicaraan tingkat tinggi memang perlu dilakukan. “Eskalasi ketegangan di Eropa di luar skala, ini luar biasa, dan membutuhkan diskusi pribadi di tingkat tertinggi,” ujarnya.

Pemerintahan Biden sudah memperingatkan tentang konsekuensi ekonomi yang parah jika Rusia melancarkan agresi terhadap Ukraina. Namun Moskow sudah membantah laporan yang menyebutnya ingin menyerang Kiev. Rusia justru menuding AS berusaha memperburuk situasi.

"AS sedang melakukan operasi khusus untuk memperburuk situasi di sekitar Ukraina sambil mengalihkan tanggung jawab ke Rusia. Ini didasarkan pada tindakan provokatif di dekat perbatasan Rusia disertai dengan retorika yang menuduh,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam laporan yang diterbitkan surat kabar Kommersant pada Sabtu (4/12).

Sebelumnya, The Washington Post menerbitkan laporan yang menyebut Rusia akan melancarkan serangan ke Ukraina paling cepat awal tahun depan. Laporan itu disusun dengan mengutip keterangan beberapa pejabat AS dan dokumen intelijen. Menurut Washington Post, serangan Rusia bisa menjadi serangan multi-front. Setidaknya 175 ribu tentara bakal terlibat.

“Rencana itu melibatkan pergerakan ekstensi 100 kelompok taktis batalion dengan perkiraan 175 ribu personel, bersama dengan kendaraan lapis baja, artileri, dan peralatan,” kata seorang pejabat AS yang dikutip the Washington Post, Jumat (3/12).

Dokumen intelijen yang diperoleh Washington Post menunjukkan, Rusia mengumpulkan pasukan di empat lokasi. Menurut dokumen itu, yang dilengkapi foto satelit, Moskow sudah mengerahkan 50 kelompok taktis medan perang dan tank serta artileri. Rusia belum secara resmi mengonfirmasi laporan atau informasi yang dipublikasikan Washington Post.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement