Selasa 07 Dec 2021 19:08 WIB

Milan Mengerek Harapan di Liga Champions

kembali ke Liga Champions menghadirkan banyak hal menguntungkan bagi Milan dan fans

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Muhammad Akbar
AC Milan Vs Liverpool
Foto: Republika.
AC Milan Vs Liverpool

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Usai tujuh musim penuh prahara, AC Milan mengakhiri penantian panjang untuk bisa kembali lolos ke Liga Champions 2021/2022, kemenangan pada pekan terakhir Serie A musim lalu membuat i Rossoneri finis di kursi kedua sekaligus menggenggam tiket terbang ke kompetisi elite antarklub benua Biru tersebut.

Rossoneri membutuhkan jalan panjang menuju pulang, Liga Champions — tempat yang diklaim sebagai rumah bagi habitat klub asal kota mode Italia tersebut.

Baca Juga

Seperti kisah lainnya, kepulangan tentu tak akan mudah meski sejatinya harus dimulai. Bagi manajemen klub, kembali ke Liga Champions menghadirkan banyak hal menguntungkan bagi hierarki klub dan juga para fan.

Memantapkan posisinya sebagai kontestan Liga Champions, Milan diuntungkan dengan kucuran uang baik dari pihak penyelenggara dan juga penjualan tiket penonton ke Stadion San Siro. Setidaknya, popularitas Milan kembali pulih seiring performa impresif tim.

Tapi penggemar tak lantas berharap banyak, selayaknya tim yang kembali bangkit dari pesakitan kemampuan fiskal Milan saat ini masih terjangkau. Manajemen harus memutar otak untuk melakukan penjualan pemain, perpanjangan kontrak hingga pengurangan beban gaji.

Sebagaimana yang pernah disebutkan oleh il Barone, sosok Ultras pun Capo Curva Sud Milan (CSM) bahwa kehadiran direktur teknis Paolo Maldini memberi impresi positif dengan kharisma dan nama besarnya untuk mengelola keuangan dan perekrutan pemain il Diavolo Rosso.

Bagi sepak bola Italia, posisi direktur teknis sangat vital. Ia menentukan kebijakan transfer, daftar buruan, dan kadang memberi intervensi mengenai taktik. Ini adalah separuh fungsi manajer di Liga Primer Inggris pun Bundesliga Jerman.

Berkat manajemen yang lebih baik, kini Milan berproses kembali menjadi salah satu klub elit Eropa dengan menancapkan legasinya di kompetisi Liga Champions 2021/2022.

Namun, merebut panggung elite Si Kuping Besar tidak semudah membalikan punggung tangan. Milan dan Maldini tahu betul bagaimana mereka harus melewati berbagai persaingan ketat dengan klub level atas dan kaya seperti Paris Saint-Germain (PSG), serta Manchester City.

Seperti saat ini, Milan harus menghadapi duel hidup mati melawan wakil Inggris Liverpool di Stadion San Siro, Rabu (8/12) dini hari WIB nanti.

Milan sementara berada di posisi tiga klasemen Grup B dengan perolehan angka empat dari sekali menang, sekali imbang dan tiga kekalahan. Sedangkan Liverpool sudah tidak butuh apapun pada pertandingan terakhir mereka lantaran telah mengantongi nilai 15 dari lima kemenangan.

Di lain sisi, FC Porto yang menduduki posisi kedua mengoleksi lima angka di atas Milan dan Atletico Madrid yang menjadi juru kunci dengan perolehan nilai empat poin.

Praktis, singkirkan Liverpool pada peta persaingan kali ini dan fokus Milan adalah mengalahkan the Reds dengan berharap pertandingan Grup B lain berakhir imbang atau pun dimenangkan oleh Atletico Madrid.

Pilihan kedua cukup pelik mengingat syarat Milan lolos harus merujuk pada selisih gol mereka dengan Los Rojiblancos, julukan Atletico.

Penyerang andalan Milan, Zlatan Ibrahimovic menegaskan, timnya harus menunjukkan performa terbaik seperti saat mengalahkan Atletico di Stadion Wanda Metropolitano akhir bulan November lalu.

"Ini pertandingan penting dan kami harus memainkannya dengan performa terbaik kami dan melihat bagaimana hasilnya," kata Ibrahimovic dilansir Milan Sempre, Selasa (7/12).

Sepanjang karier, Ibrahimovic tercatat sudah enam kali menghadapi Liverpool. Hasilnya, penyerang asal Swedia hanya mampu mencetak satu gol dari enam pertemuan. Ia pun tak pernah mencatat kemenangan saat bentrok menghadapi the Reds.

Lebih lanjut dari enam pertemuan melawan Liverpool, eks bomber Juventus dan Manchester United tersebut hanya meraih tiga kemenangan dan menelan tiga kekalahan.

Apabila pada akhirnya Milan menelan kekalahan maka mereka otomatis mengakhiri perjalanan singkat di panggung kompetisi Eropa. Hanya saja, kemenangan atas Liverpool tanpa berharap pada pertandingan lain dapat membawa Milan tetap berkompetisi di Eropa dengan bersaing di Liga Europa.

Pelatih Stefano Pioli mengaku, fokusnya saat ini adalah mengalahkan Liverpool. Meski, terpaksa legawa apabila Rossoneri pada akhirnya turun ke kasta Liga Europa.

"Laga melawan Liverpool sangat penting untuk menguji kekuatan Milan. Kami tentu ingin melaju ke babak 16 besar, tapi jika pada akhirnya turun kasta ke Liga Europa, kami tetap menghadapinya dengan cara terbaik," kata Pioli dilansir laman resmi klub.

Dalam sejarah Liga Champions, AC Milan tercatat pernah tiga kali tersingkir di fase grup. Momen itu terjadi pada musim 1996/1997, 1999/2000, dan 2000/2001.

Milan tidak akan diperkuat beberapa pemain andalan, seperti Davide Calabria, dan Simon Kjaer yang cedera. Nama terakhir harus absen hingga enam bulan ke depan karena cedera ligamen. Sementara Rafael Leao, Ante Rebic, Pietro Pellegri dan Olivier Giroud juga dipastikan menepi karena mengalami cedera.

Pada pertemuan pertama di Stadium Anfield, Milan mampu memberikan kejutan bagi armada Juergen Klopp. Milan sempat membalikan keadaan menjadi 2-1 lewat gol Ante Rebic dan Brahim Diaz.

Akan tetapi, keunggulan itu tak dapat dipertahankan pemilik tujuh titel Liga Champions hingga pertandingan berakhir setelah Mohamed Salah dan Jordan Henderson melakukan comeback sehingga membuat skor akhir 3-2 untuk kemenangan the Reds.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement