Selasa 07 Dec 2021 16:04 WIB

Waketum PKB Setuju Koalisi Capres Diumumkan Sejak Dini

Dibangunnya koalisi sejak awal juga menjadi bagian pendidikan politik.

Waketum PKB Dorong Koalisi Capres Diumumkan Sejak Dini. Foto: Partai politik / ilustrasi
Foto: tst
Waketum PKB Dorong Koalisi Capres Diumumkan Sejak Dini. Foto: Partai politik / ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid setuju jika koalisi calon presiden diumumkan sejak dini. Ini supaya masyarakat tidak memilih calon seperti membeli kucing dalam karung.

"Saya sependapat bahkan saya sudah sampaikan agar para kandidat yang mau maju tidak malu-malu kucing," ujar Jazilul, Selasa (7/12).

Baca Juga

Dibangunnya koalisi sejak awal juga menjadi bagian pendidikan politik. Supaya masyarakat bisa menilai kesungguhan dan visi misi calon presiden yang berlaga di Pilpres 2024.

"Koalisi lebih awal akan juga menjadi bagian dari pendidikan politik agar masyarakat dapat menilai kesungguhan dan visi misinya," ujar Jazilul.

Wakil Ketua MPR RI ini juga berharap Pilpres 2024 menjadi ajang adu gagasan dan ide untuk memajukan Indonesia. Bukan hanya kompetisi para elite politik.

"Sayapun berharap pilpres juga sebagai kompetisi ide bagi Indonesia yang lebih maju kedepannya. Bukan hanya sekedar kompetisi para elit politik," ujar Jazilul.

Sementara, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera menyerukan agar parpol-parpol deklarasikan calon presiden sejak saat ini. Dia berharap, capres dan cawapres tak dideklarasikan di menit akhir pendaftaran ke KPU seperti yang terjadi tiap pemilu.

Mardani mengatakan, hal ini bisa membuat masyarakat lebih memahami para calon pemimpinnya. Termasuk soal koalisi yang seharusnya dilakukan sejak jauh hari.

"Saya setuju parpol melakukan koalisi dan penjajakan jauh-jauh hari. Sehingga tidak membeli kucing dalam karung," kata Mardani saat dihubungi, Senin (6/12).

Sebelumnya, Pendiri lembaga survei dan konsultan politik Cyrus Network, Hasan Nasbi mengatakan, ada dua hal yang bisa membuat perubahan peta dukungan publik terhadap figur capres 2024. Yaitu habisnya masa jabatan beberapa kepala daerah dan koalisi partai yang dilakukan lebih awal, yang juga dapat memunculkan calon lebih awal. Hal itu disampaikan Hasan Nasbi dalam diskusi yang diadakan Total Politik di Cikini, Jakarta, Ahad (5/12).

Dua hal yang menurut Hasan dapat mengubah itu, adalah ; pertama, ada tokoh-tokoh yang habis masa jabatannya.

"Itu efeknya bisa luas. Karena nggak punya jabatan itu jangankan dengan partai dengan teman sendiri aja susah," kata Hasan. Hasan mencontohkan Gatot Nurmantyo yang sempat tinggi angka surveinya kini makin meredup.

Konteks kedua yang dapat mengubahnya adalah koalisi lebih awal antar partai politik dan penentuan calon lebih awal.

Hari ini masyarakat tidak tahu siapa yang benar-benar punya tiket untuk maju  atau tidak. Masalahnya saat ini masih ada anggapan bahwa mendeklarasikan diri jauh-jauh hari itu buruk.

Dari perolehan suara partai, ada tiga Partai yang potensial untuk memajukan calon. PDIP yang bisa memajukan calon sendiri, atau Gerindra dan Golkar yang hanya membutuhkan satu partai tambahan.

"Ini dua hal yang bisa mengubah peta survei. Kalau sudah dibungkus saya yakin orang akan melihat ooh ini yang sudah punya tiket," ujar Hasan.

Namun elite politik kerap menginginkan calon ditentukan di akhir-akhir. " Karena di akhir makin tinggi harga negonya. Padahal publik menginginkan jauh-jauh hari, " katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement