Selasa 07 Dec 2021 05:45 WIB

Dosen Komunikasi UMM Latih Narapidana Perempuan Menulis Buku

Penghuni Lapas Perempuan Kelas IIA Malang mendapat pelatihan menulis untuk dibukukan.

Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang , Nurudin memberi pelatihan menulis kepada para penghuni Lapas Perempuan IIA Malang, Senin (6/12).
Foto: Dok Ikom UMM
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang , Nurudin memberi pelatihan menulis kepada para penghuni Lapas Perempuan IIA Malang, Senin (6/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Narapidana yang keluar dari lembaga pemasyarakatan (lapas) umumnya tidak meninggalkan kenang-kenangan yang unik. Tetapi, para penghuni Lapas Perempuan Kelas IIA Malang punya semangat untuk meninggalkan jejak cerita dalam wujud buku.

Antusiasme mereka terlihat saat mengikuti pelatihan dan pendampingan menulis. Mereka ingin menggelorakan semangat literasi meskipun menjadi penghuni penjara.

Baca Juga

Acara yang bertajuk 'Pelatihan dan Pendampingan Kepenulisan Sebagai Bagian dari Melek Media pada Warga Binaan Lapas' ini diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (Prodi Ikom UMM) di Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, Senin (6/12).

Warga binaan yang mendapat pelatihan tidak sembarangan. Mereka dipilih dengan ketat untuk mengikuti acara tersebut. Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Lapas Perempuan Kelas IIA Malang, Hamlana Rizka AE menjelaskan, sebenarnya pihaknya ingin membebaskan semua penghuni mengikuti pelatihan menulis.

"Yang antusias banyak. Tetapi karena melihat efektivitas pelaksanaan maka kita pilih 40 warga binaan. Pelatihan ini penting dilakukan agar tak ada kesan mereka disini hanya dipenjara, tetap benar-benar dibina," ucap Hamlana di Kota Malang, Senin.

Saat memberikan sambutan, dosen Ikom UMM M Himawan Sutanto menyampaikan, tanggung jawab kampus salah satunya untuk memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. Kebetulan saja pelatihan yang dipilih kali ini adalah Lapas Perempuan Kelas IIA Malang.

"Saya berharap nanti ending-nya para peserta membuat tulisan. Lalu dikumpulkan menjadi satu jadi sebuah buku. Kita akan carikan sponsor. Minimal mereka saat keluar punya kenang-kenangan punya buku," ujar Wakil Dekan III Fisip UMM itu.

Acara yang diikuti oleh 36 warga binaan tersebut dilakukan dalam dua cara. Pertama pelatihan dan penjelasan terkait dengan masalah teknis menulis. Kemudian mereka didampingi untuk menulis. 

Berikutnya, peserta diberikan kesempatan menulis bebas tentang pengalaman dan pengamatan mereka selama ini. Lalu dilakukan pemantauan ke lapas lagi. Setelah tulisan terkumpul, baru kemudian bisa diterbitkan menjadi buku.

Salah satu pemateri pelatihan menulis, Widiya Yutanti menjelaskan, menulis bisa mengasah kreativitas seseorang. "Saya menganggap bahwa semua penghuni lapas itu punya potensi menulis. Mereka hanya tidak tahu apa yang akan ditulis. Bagaimana cara menulis. Lalu bagaimana mempublikasikannya. Nah, kita mencoba memfasilitasinya."

Pelatihan menulis sangat berkesan bagi Anisa (27 tahun), narapidana asal Malang. "Bagi saya ini bisa meluapkan rasa jenuh dan membunuh waktu. Apalagi buku yang akan kita tulis berdasarkan pengalaman kita sehari-hari. Berarti kita kan punya bahan menulis," ujarnya.

Pelatihan dan pendampingan menulis dilakukan oleh empat dosen Prodi Ikom UMM, yaitu Widiya Yutanti, Nurudin, M Himawan Sutanto, dan Rahadi, sebagai salah satu bentuk pengabdian masyarakat. Pemilihan lapas yang berdiri sejak 1969 dan dihuni 500 narapidana, 24 tahanan, dan dua bayi tersebut karena tempat tersebut menjadi rujukan nasional binaan bagi warga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement