Senin 06 Dec 2021 23:30 WIB

Mengenal Penyakit Demam Tifoid dan Cara Pencegahannya

Ada banyak penyebab seseorang bisa tertular bakteri Salmonella Typhi.

Termometer menunjukan suhu badan yang terindikasi demam (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Termometer menunjukan suhu badan yang terindikasi demam (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Prevalensi demam tifoid, atau yang umum dikenal tipes, di Indonesia yang cukup tinggi menyebabkan penyakit tersebut masih tergolong penyakit endemik di Indonesia. Sering dianggap penyakit yang disebabkan oleh kelelahan karena aktivitas padat, faktanya demam tifoid disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi.

Persoalan demam tifoid ini pernah dipaparkan Sanofi Pasteur Indonesia beberapa waktu lalu, dalam rangka menyambut peringatan Hari Kesehatan Nasional melalui kampanye #SantapAman

Baca Juga

Program yang dihadiri oleh dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI serta koki dan pecinta kuliner William Gozali yang akrab disapa Willgoz ini, bertujuan untuk menyosialisasikan bahwa seseorang bisa menderita penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti penyakit tifoid, sekaligus bagaimana cara pencegahannya.

Ada banyak penyebab seseorang bisa tertular bakteri Salmonella Typhi. Pertama, melalui risiko dari orang yang menyiapkan makanan. Seorang koki atau chef bisa menularkan penyakit demam tifoid melalui makanan yang disiapkan jika ia tidak bisa menjaga kebersihan tangannya terutama setelah menyentuh toilet atau permukaan benda lainnya yang telah terkontaminasi oleh feses orang pengidap demam tifoid.

Tak hanya itu, pengolahan makanan yang salah seperti menggunakan pisau yang sama untuk memotong sayur dan daging serta mencuci bahan makanan dengan menggunakan air yang terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi juga bisa meningkatkan risiko seseorang tertular penyakit demam tifoid. 

Lalu, penularan bisa terjadi saat kontak langsung dengan pembawa bakteri Salmonella Typhi. Seseorang yang menderita demam tifoid atau yang tidak menderita demam tifoid bisa saja memiliki bakteri Salmonella Typhi di tangannya tanpa ia ketahui. Hal tersebut bisa disebabkan karena menyentuh benda-benda yang telah terkontaminasi bakteri tersebut hingga tidak mencuci tangan dengan bersih setelah dari toilet.

Penularan demam tifoid bisa terjadi ketika kita melakukan kontak langsung dengan orang tersebut. Misalnya saja ketika berjabat tangan dengan mereka, bakteri jelas bisa berpindah ke tangan kita, dan jika kita tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan, bakteri Salmonella Typhi bisa dengan mudah masuk ke dalam tubuh.

Penularan penyakit juga dapat terjadi saat berbagi makanan atau jika orang tersebut menyentuh makanan yang akan dimakan bersama tanpa membersihkan tangannya terlebih dahulu.

Mengonsumsi makanan atau air yang kurang matang, juga bisa meningkatkan risiko tertular bakteri Salmonella Typhi karena makanan atau air yang dimasak kurang matang tidak cukup untuk membunuh bakteri yang ada di makanan dan air tersebut.

Penyimpanan makanan yang tidak higienis, turut menjadi faktor penularan demam tifoid. Tidak semua makanan disarankan disimpan di suhu kamar, misalnya seperti daging. Jika dibiarkan terlalu lama di suhu kamar, bakteri bisa berkembang biak dengan cepat. Selain itu, mencampur bahan makanan daging dan sayur di dalam lemari pendingin juga bisa meningkatkan penularan bakteri.

 

Pencegahan 

Koki dan pecinta kuliner, William Gozali yang akrab disapa Willgoz, yang hadir dalam acara kampanye #SantapAman menuturkan bahwa seorang yang bertugas menyiapkan makanan hendaknya selalu memastikan setiap tahapan proses pembuatan makanan atau minuman tersebut tetap mengutamakan higienitas.

Selain itu Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI. di kesempatan yang sama, juga menambahkan bahwa selain menjaga sanitasi dan higienitas pribadi, dan menghindari kontak dengan penderita, seseorang bisa melakukan vaksinasi tifoid sebagai langkah optimal untuk mencegah demam tifoid dan agar bisa tetap #SantapAman menikmati makanan favorit.

“Vaksinasi dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas dan untuk mendapatkan perlindungan maksimal, seseorang direkomendasikan mendapat vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali,” ujar dr. Suzy, dikutip Senin (6/12).

Kampanye #SantapAman dilakukan melalui edukasi mengenai pentingnya perlindungan diri terhadap penyakit tifoid di media dan media sosial @KenapaHarusVaksin. Vaksinasi tifoid dapat dilakukan di semua fasilitas kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement