Senin 06 Dec 2021 10:16 WIB

Laporan: Israel akan Dorong AS untuk Serang Iran

Target yang dituju yakni pangkalan-pangkalan Iran di Yaman.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.
Foto: ap/Planet Labs Inc.
Foto satelit dari Planet Labs Inc. menunjukkan fasilitas nuklir Natanz Iran pada hari Rabu, 14 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan Kepala Badan Intelijen Mossad David Barnea akan mendorong pejabat pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menggelar serangan ke tiga target Iran. Permintaan ini akan disampaikan saat dua pejabat Israel itu berkunjung ke Washington pekan ini.

Berdasarkan laporan tiga stasiun televisi Ahad (5/12) malam kemarin Gantz dan Barnea akan mendesak Amerika untuk mengembangkan 'Rencana B' pada Iran. Sebab perundingan nuklir yang saat ini digelar di Wina mengalami kebuntuan. Times of Israel melaporkan ketiga stasiun televisi itu tidak menyebutkan sumber dari laporannya.

Baca Juga

Israel menilai kebuntuan ini menjadi kesempatan untuk menekan AS mengambil sikap yang lebih tegas pada Iran. Selain sanksi yang lebih keras, Israel juga dilaporkan akan meminta Washington mengambil tindakan militer pada Iran.

Stasiun televisi Channel 12 melaporkan target yang menjadi potensi serangan AS pada Iran bukan fasilitas nuklir. Tapi pangkalan-pangkalan Iran yang berlokasi di Yaman. Tujuan dari serangan itu untuk meyakinkan Iran mengambil posisi yang lebih lunak di meja perundingan.

Stasiun televisi itu juga mengatakan Barnea diperkirakan akan mengatakan bahwa Israel harus melanjutkan tindakan pada program nuklir Iran. Pernyataan ini memperkuat dugaan operasi-operasi  Israel pada target-target milik Iran.

Laporan terbaru mengatakan, AS sudah memperingatkan Israel serangan-serangan tersebut kontra-produktif, sebab Iran membangun kembali fasilitas-fasilitas itu setelah dipukul mundur.

Laporan ini muncul setelah perundingan nuklir yang sempat terhenti lama kembali dihentikan usai digelar selama lima hari. Dalam negosiasi itu Iran menyuarakan rasa frustasi dan pesimistisnya dengan terbuka.

Setelah perundingan di Wina terhenti lagi pekan lalu AS mengatakan tampaknya Iran tidak serius. Pejabat Amerika dan Eropa menuduh Iran melanggar janji-janji sebelumnya. Rusia yang memiliki hubungan kuat dengan Teheran pun turut mempertanyakan komitmen Iran pada proses perundingan ini.

Israel yang hanya sebagai pengamat perundingan meningkatkan retorikanya. Dalam foto yang dirilis badan atom PBB pada 2 Juli 2020 lalu terlihat gedung di fasilitas pengayaan uranium Natanz terbakar. Komplek pabrik uranium itu terletak 322 kilometer sebelah utara Teheran.

"Saya mengajak semua negara yang bernegosiasi dengan Iran di Wina mengambil garis keras dan menegaskan pada Iran mereka tidak dapat memperkaya uranium dan bernegosiasi di saat yang sama, Iran harus membayar harga mahal atas pelanggaran ini," kata Perdana Menteri Israel Naftali Bennett.

Satu-satunya yang mungkin menggembirakan dari perundingan pekan lalu adalah kesepakatan untuk melanjutkan pembicaraan. Walaupun pejabat pemerintah AS mengatakan tidak bisa mengatakan kapan tepatnya perundingan kembali dimulai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement