Oleh : Rusdy Nurdiansyah
Keberanian Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menutup dua diskotek besar di pusat kota Jakarta, yakni Stadium dan Miles, sepertinya juga menjadi perhatian sejumlah jurnalis yang lama bertugas meliput persoalan perkotaan dan kriminal di Jabodetabek.
Salah satunya adalah Rusdy Nurdiansyah, wartawan dari media massa Republika.
Sebagai jurnalis di sebuah media massa yang dikenal dengan pers Islami-nya, Rusdy paham benar bahwa sejak lama dirinya dituntut untuk kerap mengkritisi tempat hiburan malam yang dinilai berbau mesum dan gudang peredaran narkoba di Jabodetabek.
Karenanya, Rusdy mengaku sudah cukup sering mengkritisi keberadaan diskotek-diskotek gudang narkoba dan pusat mesum, yang ada di Jakarta termasuk Stadium dan Miles serta wilayah penyangga lainnya. Namun ia mengaku sempat putus asa karena kritikannya atas semua diskotek itu hanya angin lalu dan tak pernah ada tindak lanjutnya dari pemerintah.
Bahkan, ia mengaku sampai lelah karena telah puluhan kali mengkritisi sejumlah tempat hiburan malam yang dijadikan pusat peredaran narkoba dan prostitusi terselubung. Karena itu, menarik melihat tulisan opini Rusdy yang disebarkannya melalui medsos dan aplikasi pesan ponsel pintar dalam menanggapi penutupan Stadium dan Miles oleh Ahok.
Apalagi Rusdy juga membandingkannya dengan sejumlah tempat hiburan malam serupa di wilayah penyangga Jakarta yang belum tersentuh sampai kini. Sebab pemimpin kotanya dianggap belum seberani Ahok, meski beberapa di antara mereka adalah seorang yang disebut kiai.
Latar belakang Rusdy sebagai jurnalis koran Republika yang dikenal sebagai media massa agamis Islami, tampaknya cukup objektif menggambarkan fenomena penutupan Stadium dan Miles.
Dalam tulisannya berjudul "Dulu Sih Ngga Bakalan Mungkin, Sekarang Cuma Sekali Lirik", Rusdy juga memastikan dirinya tetap seorang jurnalis netral yang tak berafiliasi mendukung calon gubernur dari partai politik manapun dalam Pilkada DKI Jakarta 2017.
***