Senin 06 Dec 2021 06:50 WIB

Kinerja AP I Terus Tertekan

Pandemi membuat kondisi keuangan dan operasional AP I mengalami tekanan besar.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura (AP) I (Persero) harus menghadapi tekanan kinerja setelah terdampak pandemi Covid-19. Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan, pandemi Covid-19 yang mulai terjadi di Indonesia sejak Maret 2020 berdampak terhadap penurunan drastis trafik penumpang di 15 bandara yang dikelola. 

"Sebagai gambaran, pada 2019, trafik penumpang di bandara AP I mencapai 81,5 juta penumpang. Namun ketika pandemi Covid-19, trafik penumpang turun menjadi 32,7 juta penumpang," kata Faik dalam pernyataan tertulisnya, Ahad (5/12). 

Baca Juga

Dia memprediksi pada 2021 jumlah penumpang yang dapat dilayani AP I belum akan pulih. Faik menuturkan, AP I memprediksi jumlah penumpang yang dilayani AP I hanya 25 juta penumpang. 

Kondisi pandemi tersebut diperparah karena pada saat bersamaan, AP I tengah dan menyelesaikan pengembangan berbagai bandara yang berada dalam kondisi lack of capacity. Beberap a diantaranya seperti Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) yang menghabiskan biaya pembangunan hampir Rp 12 triliun. 

Begitu juga dengan terminal baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya pembangunan sebesar Rp 2,3 triliun. Lalu pembngunan terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sebesar Rp 2,6 triliun. 

AP I juga melakukan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya,  dan Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya. Begitu juga dengan Bandara Pattimura Ambon, Bandara El Tari Kupang dimana kesemuanya dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.

"Hal ini (pengembangan bandara) juga dimaksudkan untuk menjaga konektivitas udara tanah air tetap terbuka serta mempercantik gerbang udara daerah lebih menarik," tutur Faik. 

Faik mengatakan, adanya pandemi Covid-19 membuat kondisi keuangan dan operasional perusahaan mengalami tekanan cukup besar.  Pendapatan 2019 yang mencapai Rp 8,6 triliun anjlok pada 2020 hanya Rp 3,9 triliun. 

AP I juga memprediksi pendapatan pada 2021 akan mengalami sedikit penurunan akibat anjloknya jumlah penumpang yang hanya mencapai 25 juta orang. "Dengan situasi trafik yang menurun dan adanya tekanan keuangan, AP I harus dihadapkan dengan kewajiban membayar pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk investasi pengembangan bandara," jelas Faik. 

Sebelumnya, Wakil Menteri II Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan kondisi keuangan AP I dalam keadaan tidak baik. Kartika mengatakan utang AP I saat ini mencapai Rp 35 triliun dan diperkirakan akan naik hingga Rp 38 triliun pascapandemi Covid-19. 

"Angkasa Pura I sekarang tekanannya berat sekali, kondisi keuangan mereka sekarang (utang) mencapai Rp 35 triliun. Kalau rate loss bulanan mereka Rp 200 miliar dan setelah pandemi utang bisa mencapai Rp 38 triliun," kata Kartika dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Jumat (3/12). 

Kartika menyebut kondisi tersebut karena tekanan arus kas yang disebabkan operasional bandara baru. Lalu AP I harus menghadapi kondisi pandemi yang menyebabkan penurunn jumlah penumpang yang signifikan. Seperti salah satunya Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo yang masih sepi penumpang. 

Kartika mengharapkan restrukturasi yang dilakukan AP I juga dapat selesai sehingga bisa menyehatkan kondisi keuangan perusahaan. Kartika mengharapkan restrukturasi dapat diselesaikan pada 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement