Ahad 05 Dec 2021 06:30 WIB

Tolak Resepkan Ivermectin, RS di AS Diancam Keluarga Pasien

Tiga RS di AS mendapat ancaman dari keluarga pasien karena menolak beri ivermectin.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat. Dua rumah sakit di Montana dan satu di Idaho, AS mendapat ancaman dari keluarga pasien karena tidak meresepkan ivermectin untuk pasien Covid-19.
Foto: EPA
Perawatan pasien Covid-19 di ICU Sharp Chula Vista Medical Center, California, Amerika Serikat. Dua rumah sakit di Montana dan satu di Idaho, AS mendapat ancaman dari keluarga pasien karena tidak meresepkan ivermectin untuk pasien Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga rumah sakit di Amerika Serikat mendapatkan ancaman dari keluarga pasien karena tidak mau meresepkan obat ivermectin. Padahal, tindakan rumah sakit sudah sejalan dengan anjuran Food and Drug Administration (FDA) yang tak mengizinkan penggunaan ivermectin untuk mengobati Covid-19.

Salah satu rumah sakit yang mengalami masalah adalah rumah sakit yang berlokasi di Montana. Rumah sakit tersebut sampai harus menerapkan lockdown dan melibatkan polisi.

Baca Juga

Itu mereka lakukan setelah menerima ancaman kekerasan dari keluarga pasien Covid-19. Prahara bermula dari penolakan rumah sakit terhadap permintaan penggunaan ivermectin untuk pasien tersebut.

Rumah sakit lain di Montana juga mengalami hal serupa ketika merawat seorang pasien Covid-19 yang memiliki koneksi politik. Keluarga pasien meminta agar rumah sakit memberikan ivermectin atau hidroksiklorokuin untuk mengobati pasien tersebut.

Sama seperti ivermectin, hidroksiklorokuin juga merupakan obat yang tak mendapatkan izin dari FDA untuk mengobati Covid-19. Oleh karena itu, pihak rumah sakit menolak permintaan untuk memberikan ivermectin atau hidroksiklorokuin kepada pasien. Akibat dari tindakan ini, tenaga kesehatan mendapatkan ancaman dan kekerasan dari keluarga pasien.

Sebuah rumah sakit di Idaho juga harus memanggil polisi karena tak mau memberikan ivermectin atau hidroksiklorokuin kepada pasien sesuai keinginan pihak keluarga. Penolakan ini membuat seorang residen medis mendapatkan kekerasan verbal dan ancaman kekerasan fisik.

"(Ivermectin dan hidroksiklorokuin adalah) obat-obat yang tidak bermanfaat dalam pengobatan Covid-19," ungkap residen tersebut, seperti dikutip dari NBC News, Sabtu.

Ketiga konflik yang terjadi pada periode September sampai November ini menggambarkan tekanan-tekanan yang dihadapi oleh tenaga kesehatan bila menolak memberikan obat yang tak memiliki izin sebagai obat Covid-19. Konflik seperti ini cenderung lebih banyak ditemukan di wilayah-wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah hingga skeptisme terhadap pemerintah yang tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement