Jumat 03 Dec 2021 22:30 WIB

BMKG : Puncak Musim Hujan antara Januari dan Februari 2022

BMKG terus melakukan pemantauan terhadap ancaman siklon tropis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Anak bermain di sekitar jalan yang rusak akibat diterjang gelombang di Labuan, Pandeglang, Banten, Sabtu (27/11/2021). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini adanya potensi gelombang tinggi mencapai 4 meter di perairan Selat Sunda yang terjadi hingga 28 November 2021.
Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Anak bermain di sekitar jalan yang rusak akibat diterjang gelombang di Labuan, Pandeglang, Banten, Sabtu (27/11/2021). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini adanya potensi gelombang tinggi mencapai 4 meter di perairan Selat Sunda yang terjadi hingga 28 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab  mengatakan sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Secara umum, kata Fachri, puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan Januari hingga Februari 2022

"Sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan. Ada sedikit saja di wilayah Sulawesi Selatan bagian timur,  Maluku. Tapi secara umum sebagainya besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim hujan," ujar Fachri dalam Konfrensi Pers secara daring  Jumat (3/12).

Baca Juga

Untuk prediksi puncak musim hujan menurit Fachri akan beragam.  Seperti di Sumatera Utara, Sumatera Barat,  Aceh, Riau, Bengkulu, Jambi puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Desember.  Sementara puncak musim hujan di wilayah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan, NTT, NTB dan Bali diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022.

"Sumatera Selatan, Lampung sebagian besar Jawa antara Januari hingga Februari dan juga Kalimantan pada umumya Januari Februari.  Jadi Bali, NTT dan NTB puncak musim hujan Januari, Februari.  secara umum yang puncak musim hujan di Indonesia itu antara Januari hingga Februari," ungkap dia.

Saat ini, lanjutnya, BMKG terus melakukan pemantauan siklon tropis melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC). Diketahui pada April 2021 lalu, wilayah NTT dilanda dampak siklon tropis seroja dan menimbulkan banyak korban jiwa.  "Kami terus memantau melalui Jakarta TCWC karena antara November hingga April adalah pertumbuhan siklon tropis di selatan," kata Fachri.

Dari beberapa catatan kejadian di Indonesia, siklon tersebut terjadi pada 2008  kemudian 2009, 2010 ada  2014, 2017, 2018, 2019, 2020, 2021 ada terus. Artinya, frekuensi siklon semakin intens.  "Hampir setiap tahun ada. Ini yang perlu menjadi kewaspadaan dan terakhir 1 Desember kita ada pertumbuhan siklon tropis teratai di sebelah selatan Jawa," tegasnya.

Oleh karenanya, dampak siklon tropis sangat perlu diwaspadai. Siklon tropis ini tumbuh di Samudera Hindia sebelah selatan Indonesia. Khusus di wilayah Bali, NTT dan NTB. Namun kata dia bukan berarti siklon tropis di tempat lain tidak memberikan dampak. "Contoh saat ini kita ada siklon tropis Nyatoh disekitar Filipina dampak tidak langsungnya di Indonesia bagian utara," jelas Fachri.

BMKG juga terus mengamati fenomena gelombang atmosfer. Diketahui, dinamika gelombang atmosfer terdiri dari beberapa tipe yakni MJO (Madden Julian Oscillation, Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby).

Hingga Rabu (1/12), fenomena tersebut cukup aktif di Indonesia sehingga berpotensi meningkatkan potensi curah hujan di wilayah Indonesia masih cukup tinggi.

BMKG pun meminta masyarakat untuk waspada peningkatan curah hujan. "Tanggal 4 (Desember)kita perlu waspada terutama di Kalimantan bagian selatan di pesisir barat, Sumatera bagian selatan, begitupun tanggal 5 Jawa terutama Jawa bagian barat yang perlu waspada," ujar dia.

Saat ini, lanjutnya, BMKG juga memantau gelombang laut. Potensi  gelombang laut yang cukup tinggi kemungkinan di selatan pulau Jawa dan Laut Natuna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement