Sabtu 04 Dec 2021 01:03 WIB

Harga Bawang Putih Turun Setelah Pasokan Membanjir

Rerata konsumsi bulanan bawang putih nasional 36 ribu ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Indira Rezkisari
Pedagang menyortir bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.
Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
Pedagang menyortir bawang putih di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkumpulan Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) memastikan pasokan bawang putih hingga empat bulan ke depan untuk kebutuhan nasional aman. Pasalnya, menjelang akhir tahun pasokan bawang putih membanjiri Indonesia bahkan telah berdampak pada jatuhnya harga.

Ketua Pusbarindo, Valentino, mengatakan, para importir berbondong-bondong merealisasikan impor bawang putih sesuai izin yang diperoleh sejak November lalu. Itu disebabkan karena dicabutnya kebijakan sunset clause khusus untuk bawang putih.

Baca Juga

Melalui kebijakan sunset clause, pemasukan importasi produk hortikultura bisa dilakukan paling lambat 60 hari sejak masa berlaku izin impor berakhir tanggal 31 Desember. Dengan kata lain, importir masih dapat melakukan pengapalan di tahun selanjutnya.

Dihapusnya kebijakan tersebut, kata Valentino, membuat pasokan bawang putih impor alokasi 2021 harus masuk sebelum 31 Desember mendatang. "Jadi saat ini stok melimpah karena kita kejar pengapalan sehingga stok sekarang banjir. Dampaknya harga jatuh," kata Valentino saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/12).

Valentino menjelaskan, kondisi tersebut tentu berdampak baik bagi situasi dalam negeri karena masyarakat tidak akan terbebani oleh harga bawang putih. Namun, di sisi lain dicabutnya kebijakan sunset clause bagi komoditas bawang putih berdampak negatif bagi importir.

Pasalnya, ketersediaan kontainer perdagangan dunia sedang terbatas dan membuat adanya antrean importasi. Hal itu juga berdampak pada lonjakan permintaan bawang putih impor dari China yang berimbas pada kenaikan harga. Namun, ia tidak dapat menyebutkan tingkat harga karena terus berfluktuasi.

Di sisi lain, permintaan dalam negeri cenderung stagnan. Pada akhir tahun ini, pemerintah juga menerapkan PPKM level III yang dipastikan menekan tingkat permintaan komoditas pangan, termasuk bawang putih.

"Jadi sudah biaya naik karena antrean kapal, biaya kargo yang sedang tinggi, harga dari China juga jadi naik, di dalam negeri harga jatuh karena pasokan banjir," kata Valentino.

Berdasarkan catatan Pusbarindo, pada pertengahan November lalu telah masuk bawang putih sebanyak 125 ribu ton. Adapun di akhir November bawang putih yang masih dalam tahap pengapalan sekitar 80 ribu ton sehingga total stok dikisaran lebih dari 200 ribu ton. Adapun rata-rata konsumsi bulanan bawang putih secara nasional selama pandemi berkisar 36 ribu ton. "Desember ini pasti ada pengapalan lagi karena importir terus mengejar waktu," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement