Kamis 02 Dec 2021 15:59 WIB

Harga CPO Tahun Depan Diproyeksi Bertahan Tinggi

Harga CPO di pasar global diperkirakan stabil di atas 1.000 dolar AS per ton.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam truk (ilustrasi). Harga harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) selama tahun depan diproyeksi bakal stabil tinggi di atas 1.000 dolar AS per ton.
Foto: ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam truk (ilustrasi). Harga harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) selama tahun depan diproyeksi bakal stabil tinggi di atas 1.000 dolar AS per ton.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksi harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) selama tahun depan bakal stabil tinggi di atas 1.000 dolar AS per ton. Level harga yang diperkirakan stabil tinggi itu salah satunya didorong oleh permintaan dunia yang akan terus tumbuh.

Wakil Ketua Gapki, Togar Sitanggang, menuturkan, pada semester pertama 2022 kemungkinan harga CPO dunia berada pada kisaran 1.000 dolar AS per ton hingga 1.250 dolar AS per ton.

Baca Juga

"Ada kemungkinan hingga akhir tahun harga akan tetap tinggi di atas 1.000 dolar AS per ton," kata Togar dalam Indonesian Palm Oil Conference 2021 and Price Outlook 2022, Kamis (2/12).

Togar mengatakan, proyeksi itu di satu sisi sangat baik bagi industri sawit dalam negeri karena bisa meraup pendapatan tinggi, terutama dari ekspor produk sawit. Di sisi lain kurang baik bagi konsumen dalam negeri khususnya minyak goreng yang bakal mengalami kenaikan harga.

Meski demikian, yang terpenting situasi kenaikan harga harus memberikan manfaat terutama bagi pendapatan petani kecil dan pendapatan negara dari devisa ekspor.

Togar menjelaskan, di tengah pemulihan ekonomi 2021 yang berdampak pada membaiknya permintaan sawit, terjadi anomali produksi khususnya di Indonesia yang cenderung rendah. Sejak September lalu, tren produksi menunjukkan angka yang rendah dan kemungkinan berlanjut hingga akhir tahun ini.

Adapun total stok sawit akhir tahun ini diperkirakan sekitar 3,8 juta ton atau lebih rendah dari stok akhir tahun 2020 yang sebesar 4,8 juta ton. "Kita akan sangat hati-hati terhadap produksi sawit dalam beberapa bulan ke depan," kata dia.

Di tahun 2022 mendatang, produksi CPO diproyeksi mencapai 48 juta ton, atau naik 2,98 persen dari tahun sebelumnya. Adapun produksi minyak inti sawit kasar (crude palm kernel oil/CPKO) mencapai 4,5 juta ton, naik 2,8 persen tahun tahun ini.

Meski produksi mengalami kenaikan, laju permintan naik lebih cepat. Gapki memproyeksi permintaan sawit dalam negeri tahun depan diperkirakan mencapai 20,1 juta ton atau meningkat 20,1 juta ton, naik 7,13 persen dari 2021. Sementara itu, permintaan ekspor kemungkinan mencapai 34,4 juta ton, tumbuh 3,8 persen dari tahun ini.

"Yang perlu diperhatikan pada akhir tahun 2022 adalah sisa stok sawit kemungkinan di bawah 2 juta ton," kata Togar.

Sementara itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam kesempatan terpisah menyampaikan, harga minyak sawit pada tahun 2022 berpotensi tembus hingga 1.500 dolar AS. Itu salah satunya disebabkan oleh panen kedelai dunia sebagai salah satu sumber minyak nabati yang kemungkinan kurang baik.

Lonjakan harga itu akan menjadi pendapatan tinggi bagi Indonesia sebagai eksportir sawit tapi sekaligus memberi masalah terhadap harga minyak goreng bagi konsumen dalam negeri. "(Kenaikan harga) ini konsekuensi dari pasar internasional," kata Lutfi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement