Kamis 02 Dec 2021 12:13 WIB

Mencari Peluang Usaha di Tengah Pandemi Covid-19

Peluang dan momentum untuk bangkit tak datang secara terus menerus dan harus dicari.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Agus Yulianto
Pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menunjukkan penjualan produk makanan di tengah pandemi Covid-19.  (Ilustrasi)
Foto: Antara/Rahmad
Pengusaha Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) menunjukkan penjualan produk makanan di tengah pandemi Covid-19. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 mungkin memang telah menutup rezeki banyak orang. Namun, bagi orang yang pintar memanfaatkan peluang dan berbisnis, kondisi ini bisa mendatangkan untung yang besar yang tentu tidak merugikan orang dan justru membantu banyak orang. 

Abika Putri, salah satu pendiri UMKM makanan Kennyo Papa asal Semarang, mendapatkan peluang yang muncul pada saat awal pandemi. Saat itu, banyak orang mulai bekerja dari rumah. Saat itu pula, tiba-tiba banyak orang yang mulai memiliki hobi bersepeda, yang melintasi jalan di depan rumah perempuan berusia 29 tahun itu. 

Orang-orang yang melintasi depan rumahnya ternyata tak hanya para pesepeda. Ada banyak orang pula yang mulai berolahraga lari pagi dan jalan sehat, mulai melintasi di depan rumahnya.

Dia dan suaminya, Azka Pradha, lantas berpikir, belum ada toko ataupun resto yang buka pada saat pagi hari pukul enam pagi. Dia meyakini, jika dia menjual sarapan di depan rumahnya, maka dia dapat membantu orang untuk tak jauh-jauh mencari sarapan.

 

"Terus kita mikir, kalau bikin bubur, enak kali ya? Ya sudah kita bikin bubur, dan jual di depan rumah. Dan itu benar-benar seadanya sekali hanya menggunakan meja kursi saja," tutur dia kepada Republika, baru-baru ini. 

Hal itu tetap dilakukannya di tengah keterbatasan termasuk keterbatasan sumber daya orang. Oleh karena hanya dia dan suaminya saja yang berusaha, maka segala persiapan pun dilakukan berdua. Mulai dari promosi media sosial, desain, keuangan, dan masak di dapur pun dilakukan berdua.

"Peluangnya harus dikerjain, namun sesuai dengan kemampuan kita. Yang penting di-gas," jelas Abika.

Selain terbatasnya sumberdaya orang, tantangan yang lain adalah masih sulitnya membagi dan mengatur keuangan secara sehat. Keduanya mengaku, sama-sama belajar untuk melakukan hal tersebut dari orang-orang yang telah berpengalaman.

Namun, secara khusus berjualan di masa pandemi pun memiliki tantangan tersendiri. Pada saat musim Covid-19 terjadi, terutama saat maraknya kasus varian delta, dia tak memungkiri khawatir terjadi penularan di lapaknya. 

Dia pun mulai menutup sementara lapaknya di depan rumah. Tentu, hal itu berdampak kepada pemasukan ekonominya. 

"Itu sebenarnya sangat mengurangi pemasukan. Tapi pada akhirnya kita cari cara tetap buka layanan pesan antar, cari inovasi baru yang belum ada lagi di Semarang, pokoknya bagaimana usaha tetap jalan," jelas dia.

Baik Abika dan Azka seakan tak berhenti berfikir untuk menambah pendapatan. Saat muncul varian baru dari virus corona dan harus menutup lapak di depan rumahnya, keduanya malah mencari peluang untuk membuat gebrakan lagi. 

"Begitu turun (jumlah pembeli), kita bikin apa lagi, turun lagi, bikin apa lagi," jelas dia.

Terlebih, menurut dia, usaha rumahan justru merupakan hal yang paling dicari banyak orang saat pandemi. Orang-orang, kata Abika, berpikir lebih baik memakan makanan dari usaha rumahan daripada jajan sembarangan.

Pintar membidik peluang

Tak semua orang bisa dengan mudah membidik peluang untuk membuka usaha dan mendapatkan untung. Menurut Azka Pradha, peluang itu hadir saat dia dan istrinya mulai mencari makanan kesukaannya di luar kota, namun di kotanya sendiri tidak ada. 

"Kita melihat peluangnya. Itu karena di Semarang jarang ada yang jualan yoghurt seperti misalnya di Bandung itu ada yang terkenal. Lebih banyak inspirasi datang dari luar, yang belum ada di Semarang," ujarnya.

Selanjutnya, pasangan dengan tiga anak itu mengatakan, mulai berjualan mentai dari rumah karena dia sangat menyukai makanan itu dari salah satu restoran Jepang ternama. Dia melihat, Kota Semarang masih belum ada yang berjualan makanan mentai, saat di Jakarta sedang musim makanan-makanan mentai seperti salmon mentai, rice mentai, dan lain-lain. 

"Aku lebih melihat apa yang belum ada dijual di Semarang," timpal Abika, sosok yang telah membangun usahanya di Kota Semarang sejak 2019 lalu itu.

Ketika dia bersama suaminya berjualan menu makanan mentai, antusiasme para pembeli sangat tinggi. Azka pun pada akhirnya bisa bekerja penuh di rumah saja dan fokus untuk mengembangkan usaha kulinernya yang kemudian diberi nama Kennyo Papa itu. 

Perempuan berusia 29 tahun itu tak memungkiri, untuk tetap bertahan hingga bisa mengembangkan usahanya itu, memerlukan usaha dan istiqomah. Menurutnya, bersama dengan suaminya, dia mengalami jatuh bangun dan naik turun keadaan agar usahanya bisa terus bertahan dan berkembang.

Saat ini, dia menyadari, menu makanan mentai tak lagi hype seperti pada saat awal di 2019 lalu. Oleh sebab itu, suami istri itu harus memutar otak kembali untuk mempertahankan usahanya. 

Dia berinovasi dengan menambah beberapa menu makanan modern lainnya. Salah satu menu yang menjadi andalan antara lain Salmon Encroute, Beef Wellington, Bubur Beef Slice, dan Onigiri Tuna Mayo.

Abika mengatakan, peluang dan momentum untuk bangkit itu tak datang secara terus menerus dan harus dicari. Oleh sebab itu, ketika dia mulai mendapatkannya, dia dan suaminya berusaha untuk terus mengeksekusi peluang itu. 

Tak dimungkiri pula, ketika mendapatkan peluang tersebut di depan mata, tantangan pun terus mengikutinya. "Misalnya ada peluang di depan mata, tapi modalnya cuma berapa. Ya kita tetap jalan dengan modal seadanya. Yang penting digarap dulu, kita nekat-nekatan saja," jelas dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement