Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Muhamad Mukhlis, M.Pd

Hilangnya Peran Mendidik dalam Proses Pendidikan

Eduaksi | Wednesday, 01 Dec 2021, 14:22 WIB

Dua tahun belakang ini pandemi covid melanda seluruh dunia. Hampir semua sektor terkenna dampaknya. Semua lini terkena dampaknya. Keramaian seketika berubah menjadi kesunyian. Aktifitas sosial masyarakat pun seketika hilang. Suasana ceria berubah menjadi mencekam, semua berubah dengan cepat hanya dengan satu kejadiian yang bernama Covid 19.

Sektor pendidikan tak luput dari serangan keganasan Covid 19. Keceriaan siswa-siswi hilang seketika berubah menjadi kemurungan yang panjang. Dunia pendidikan harus memutar otak bagaiamana cara agar bisa tetap menjalankan kegiatan belajar mengajar walaupun dengan keterbatasan yang ada. Hadirnya aplikasi Zoom dan Gmeet seakan menjadi solusi sementara untuk permasalahan saat ini. Dengan aplikasi ini proses belajar masih bisa berjalan sebagaimna mestinya. Siswa tetap bisa menatap wajah guru dan rekan-rekan walaupun hanya melalui layar Gedget ataupun laptop.

Satu permasalahan seakan telah selesai hanya dengan hadirnya aplikasi-aplikasi yang menunjang terlaksanannya kegiatan belajar mengajar. Para orang tua seakan mendapatkan solusi atas permasalahan ini. Anak-anak tetap bisa belajar walaupun dari rumah. Proses belajarpun seakan menyenangkan pada awalnya.

Namun perubahan pola belajar ini menjadi tantangan bagi kita semua terutama bagi orang tua dan saya selaku guru. Kita terlupa bahwa sekolah bukan hanya tempat mentransfer ilmu pengetahuan namun ada proses pendidikan yang harus dijalani. Pendidikan merupakan hal yang medasar dalam kehidupan manusia. Menurut Paulo Freire, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, memanusiakan manusia berarti membuat seseorang menjadi manusia seutuhnya, manusia yang berbeda dengan makhluk hidup lainya, manusia yang memiliki nilai lebih dimasyarakat.

Selama pandemi ini seakan proses belajar tetap bisa berjalan normal namun,ada satu proses yang terlupakan yaitu mendidik. Memang benar belajar bisa dari sumber mana saja , kapan saja dan dimana saja. Bahkan pada saaat ini gadget sudah menjadi alat belajar paling utama. hadirnya gadget dengan berbagai fitur aplikasi yang memanjakan seolah membuat lupa kita semua. Anak-anak bebas berselancar di dunia maya tanpa adanya batasan. Bebagai informasi mulai dari yang baik hingga yang kurang baikpun masuk dengan bebas ke otak anak-anak kita. Informasi-informasi yang masuk bukan tidak mungkin mengubah pola pikir anak-anak kita.

Perubahan pola pikir pasti akan merubah prilaku keseharian mereka. Mulai dari gaya berbicara, gaya berpakaian dan juga yaga bersikap. Tak jarang prilaku-prilaku mereka membuat kita mengelus dada.

Tak adanya sentuhan emosional baik dari guru maupun orang tua membuat merka seakan bebas melakukan berbagai aktifitas. Kebebasan yang mereka dapat saat ini seakan-akan tanpa batasan. kurangnya pengawasan orang tua dan tidak adanya sentuhan langsung dari guru saat belajar membuat anak-anak kita tak tau mana yang patut ditiru mana yang tidak.

Jika hal ini dibiarkan tak heran jika anak-anak memiliki prilaku yang mungkin jauh dari harapan orang tua. Setiap orang tua berharap memliki berbudi pekerti yang baik. Namun hal ini akan sulit jika kita tidak menghadirkan pendidikan bagi mereka. Pendidikan yang dapat mengubah cara berfikir mereka, pendidikan yang dapat membimbing mereaka menjadi orange-orang yang memiliki karakter yang baik.

Masalah ini kadang kita pandang sebelah mata. Hal ini menjadi teguran bagi saya selaku pendidik sekaligus orang tua bagi anak-anak saya. Tantangan terbesar bagi para pendidik untuk kembali ke tujuan awal yaitu memanusiakan manusia. Menciptakan generasi-generasi unggul di berbagai bidanng. Tentunya di ikuti juga dengan prilaku dan budi pekerti yang baik.

Guru dan orang tua harus besinergi dalam mengatasi hal ini. Mencari jalan keluar atas hilangnya peran pendidikan. Sebagai orang tua kita harus bisa mengarahkan anak-anak agar memiliki tontonan yang bisa menjadi tuntunan. Tidak membiarkan mereka besar dari pangguan dunia maya. Memang saat ini sudah tidak mungkin untuk melarang atau membatasi anak-anak untuk tidak bersentuhan dengan gadget. Yang bisa kita lakukan adalah mengarahkan anak-anak kita agar tidak salah memilih mana informasi yang baik untuk ditiru mana yang tidak.

Masa PTMT ini mungkin menjadi secercah harapan atas hilangnya peran pendidikan, semoga dengan diberlakukannya kembali proses belajar mengjar secara luring. Bisa mengembalikan peran pendidikan. Sentuhan-sentuhan kasih sayang seorang guru kembali dirasakan oleh anak-anak. Nasihat-nasihat bisa kembali menyiram kekosongan hati mereka selama masa pandemi ini. Sehingga tujuan pendidikan bisa terwujud yaitu memanusiakan manusia.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image