Rabu 01 Dec 2021 18:50 WIB

Ketika Air Bah Meruntuhkan Tembok Rumah Yusnan

Semua barang berharga ikut hanyut bersama banjir bandang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ilham Tirta
Kondisi rumah Yusnan Rosadi (52 tahun) di Kampung Cileles, Desa Cintamanik, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Garut, Ahad (28/11). Rumah Yusnan dan warga lainnya diterjang bandir bandang akibat hujan deras pada Sabtu (27/11).
Foto: Bayu Adji P
Kondisi rumah Yusnan Rosadi (52 tahun) di Kampung Cileles, Desa Cintamanik, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Garut, Ahad (28/11). Rumah Yusnan dan warga lainnya diterjang bandir bandang akibat hujan deras pada Sabtu (27/11).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Yusnan Rosadi (52 tahun) masih berupaya membersihkan lumpur yang mengendap dalam rumahnya. Ia dibantu warga sekitar melakukan bersih-bersih dengan alat seadanya.

Banjir bandang yang terjadi pada Sabtu (27/11) sore telah menerjang rumahnya yang berlokasi di Kampung Cileles, Desa Cintamanik, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Garut. Setelah menjebol tembok belakang rumah Yusnan, air menyeret semua yang ada. Bahkan motor pun ikut hanyut bersamanya.

Baca Juga

"Semua barang kena. Motor hanyut dua. Satu ketemu, satu enggak," ujar Yusnan kepada Republika.co.id, Ahad (28/11).

Tak hanya motor, barang-barang lain seperti laptop, komputer, televisi, juga ikut terbawa banjir bandang. Yusnan memang tak sempat menyelamatkan semua miliknya. Ketika air setinggi 1 meter menerjang begitu cepat, maka keselamatan nyawa yang menjadi fokus utama.

"Jam 3 sore air naik. Memang hujan besar. Tahu-tahu air juga besar," kata dia.

Ia menyebut, banjir bandang menerjang rumahnya merupakan kejadian yang pertama kali. Selama lebih dari 30 tahun tinggal di tempat itu, tak pernah sekalipun banjir lumpur masuk ke rumahnya. "Biasanya air hanya melintas saja di samping rumah, tak sampai masuk," kata dia.

Untuk sementara waktu, Yusnan bersama keluarganya memilih mengungsi ke rumah sanak saudaranya yang masih aman. Ia masih trauma dengan kejadian banjir bandang yang menerjang rumahnya. Apalagi, saat ini juga rumahnya belum bisa lagi untuk ditinggali.

"Mau balik juga masih takut. Masih hujan juga," kata dia.

Tak hanya Yusnan yang rumahnya diterjang banjir bandang. Rumah Dede Saadah (40 tahun) juga ikut diterjang air bercampur lumpur dalam kejadian itu.

Dede menceritakan, hujan mengguyur deras sejak pukul 11.30 WIB. Hal itu membuat wilayah yang lebih atas mengalami tanah longsor. "Jadi air melimpah ke sini semua," kata dia.

Dede mengaku masih trauma dengan bencana banjir bandang itu. Sebab, ketika peristiwa terjadi, ia sedang seorang diri di rumah. Saat ini, Dede memilih tinggal di rumah saudaranya.

Ia berharap, pemerintah dapat memperbaiki segala kerusakan yang timbul akibat banjir bandang itu. "Termasuk diperbaiki lagi lahannya. Kalau seperti ini terus mah, tinggal di sini tidak aman," kata dia.

Akibat banjir bandang yang terjadi pada Sabtu, setidaknya sembilan desa di dua kecamatan Kabupaten Garut terdampak. Sembilan desa itu terdapat di Kecamatan Sukawening dan Karangtengah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement