Selasa 30 Nov 2021 20:20 WIB

Rekomendasi Pusat Krisisi untuk Penanganan Pascabanjir Garut

Manajemen bencana ini penting diperhatikan karena potensi bencana di Garut ini besar.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sejumlah warga terdampak banjir bandang mengungsi di Kampung Cileles, Desa Cintamanik, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Ahad (28/11/2021). Ratusan warga terdampak banjir bandang dan longsor mengungsi di posko pengungsian.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Sejumlah warga terdampak banjir bandang mengungsi di Kampung Cileles, Desa Cintamanik, Kecamatan Karang Tengah, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Ahad (28/11/2021). Ratusan warga terdampak banjir bandang dan longsor mengungsi di posko pengungsian.

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Tim Rapid Healt Assesment (RHA) Pusat Krisis Kementerian Kesehatan RI menyimpulkan tidak ada masalah kesehatan serius akibat bencana banjir bandang di Kecamatan Sukawening dan Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kesimpulan ini berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut dan hasil kunjungan tim RHA ke Puskesmas di wilayah yang terdampak bencana banjir.

"Berdasarkan hasil pantauan di lapangan tidak ada masalah kesehatan yang serius, karena tidak ada korban banjir yang dirujuk ke rumah sakit," kata Sub Koordinator Fasilitasi Pemulihan Awal Krisis Kesehatan  Kemenkes Anang Subur, saat rapat koordinasi dengan perwakilan Dinas Kesehatan Kabupaten, Selasa (30/11).

Meski demikian tim RHA merekomendasikan kepada pemerintah setempat untuk tetap waspada terhadap muculnya berbagai penyakit yang disebabkan pasca bencana banjir. Di antarnya penyakit yang perlu di waspadai adalah infeksi saluran pernapasan akut, penyakit saluran pencernaah, penyakit kulit dan penyakit lain.

“Penyakit-penyakit ini perlu diwaspadai oleh petugas kesehatan setempat,” ujarnya.

 

Untuk itu perlu diperkuat upaya penyehatan lingkungan dan pemantauan ketat terhadap warga terdampak khususnya kelompok rentan seperti lansia, balita, anak-anak dan ibu hamil. Dalam keadan bencana ini mereka perlu penangan dan pemantau khusus agar tidak cepat terserang penyakit. 

Anang menuturkan, selain masalah penyakit yang perlu diwaspadai pascabencana banjir adalah banjir susulan. Banjir susulan ini perlu diwaspadai karena berdasarkan data dan informasi dari Badan Meteorolodi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) curah hujan masih tinggi yang akan menyebabkan terjadinya banjir dan longsor. 

“Potensi ini perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah Kabupaten Garut yang puncaknya terjadi diperkirakan pada bulan Januari dan Februari. Karena menurut BMKG ada bibit siklon di lautan pacific yang akan mendorong hujan lebat ke arah Pulau Sumatra,Jawa dan Bali,” kata Anang. 

Anang meminta daerah segera memetakan manajemen bencana mulai dari prabencana, saat bencana dan pasca bencana. Ia meyakini jika manajemen bencana bisa dipetakan dengan baik, maka tidak akan menimbulkan banyak korban ketika terjadi bencana.

"Manajemen bencana ini penting diperhatikan karena potensi bencana di Garut ini besar, maka harus disiapkan," ujarnya.

Pada saat peninjauan lokasi bencana, Anang langsung berdiskuasi dengan Babinsa dan Kepala Desa Cintamanik, Kecamatan Karang Tengah agar waspada setelah pasca banjir bandang ini.  Ia menginformasikan bahwa kejadian banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia kondisinya sama. 

“Keadaan tersebut disebabkan oleh alih fungsi lahan atau penggundulan hutan, sehingga curah hujan menyebabkan tanah longsong, karena tidak mampu menahan material dari aliran tinggi ke bawah,” katanya.

Anang mengingatkan, alih fungsi lahan ini harus bijak sana, dengan menanam tanaman yang memiliki hasil ekonomi cepat.  Misalnya masyarakat bisa menanam palawija yang tidak merusak total keadaan hutan seperti menebang pohon secara serampangan.

Sementara itu Kepala Desa Cinta Gaos Hamdani mengaku setuju dengan saran yang disampaikan Anang. Untuk itu ia akan membuat strategi untuk mencegah longsor dengan membagi aliran air dari atas bukit untuk mencegah aliran air terpusat di satu titik. 

“Jadi kita akan membagi aliran air agar tidak tertumpu di satu titik,” kata Gaos Hamdani.

Di lokasi yang sama, Serda Asep Anbar Babinsa Desa Cinta mendukung rekomendasi yang disampaikan Anang dan Kepala Desa bagaiman mengatur aliran air yang turun dari bukit. Untuk itu, pihaknya akan bekerja sama melakukan monitoring dan kewaspadaan bencana susulan.

Sementara itu analis penanggulangan krisis kesehatan pada Pusat Krisis Kementerian Kesehatan Budiman merekomendasikan agar tim pengelola krisis kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Garut memperkuat koordinasi antar bidang. Seperti di antarnya membangun system pelaporan terintegarasi, perencaan antar bidang dan perkuat koordinasi sampai pada pelayanan kesehatan tingkat bawah seperti puskesmas, dan puskemas pembantu (Pustu).

“Koordinasi ini perlu diperkuat tujuannya untuk mempermudah pelaksaan kegiatan masing-masing bidang,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement