Selasa 30 Nov 2021 10:29 WIB

Medsos Sebagai Sarana Promosi Museum pada Era Milenial

Media sosial dapat memperluas jangkauan untuk memperkenalkan musium ke masyarakat

Dalam mengenalkan produk, barang bahkan tempat-tempat umum kepada masyarakat, dibutuhkan media promosi. Media promosi pada dasarnya merupakan sarana yang digunakan dalam mendukung kegiatan promosi dan pengenalan produk atau jasa kepada masyarakat.
Foto: istimewa
Dalam mengenalkan produk, barang bahkan tempat-tempat umum kepada masyarakat, dibutuhkan media promosi. Media promosi pada dasarnya merupakan sarana yang digunakan dalam mendukung kegiatan promosi dan pengenalan produk atau jasa kepada masyarakat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam mengenalkan produk, barang bahkan tempat-tempat umum kepada masyarakat, dibutuhkan media promosi. Media promosi pada dasarnya merupakan sarana yang digunakan dalam mendukung kegiatan promosi dan pengenalan produk atau jasa kepada masyarakat.

Kegiatan pengabdian masyarakat (PM) dosen dari Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Bahasa, Universitas BSI ( Bina Sarana Informatika) dilakukan dengan mitra AMI  (Asosiasi Museum Indobesia) DKI Jakarta Paramita Jaya, yang berlangsung secara daring melalui aplikasi zoom meeting pada Sabtu, (13/11) silam.

Baca Juga

Yulianti Fajar Wulandari, selaku tutor pada kegiatan PM menjelaskan bahwa, media sosial merupakan media baru, yang dapat dipakai sebagai sarana promosi yang membantu memperluas jangkauan masyarakat untuk mengenalkan museum. Pemprov DKI Jakarta menempatkan museum sebagai salah satu destinasi wisata dan pendidikan, untuk itu perlu sarana promosi kekinian yang dapat menjangkau khalayak luas, agar banyak dari mereka mau untuk mengunjungi museum.

Ia menjelaskan bahwa, kegiatan PM tersebut lebih ditekankan perlunya evaluasi agar bisa diketahui seberapa besar terpaan promosi kepada khalayak, sehingga dapat menjadi patokan untuk rencana kegiatan maupun pengisian konten selanjutnya.

“Strategi promosi di media sosial menjadi sebuah promosi kekinian terkait konten yang dibuat sesuai dengan kolom, visual dan teks. Sehingga ada konsistensi dan kekhasan dari merek museum tersebut,” jelas  Yulianti dalam keterangan tertulisnya Selasa (30/11). 

Sementara itu, Yiyok T. Herlambang, selaku ketua AMI DKI Jakarta Paramita Jaya, dalam sambutannya menjelaskan bahwa, dengan kegiatan pengabdian ini banyak hal yang didapatkan oleh pengelola museum, khususnya terkait dengan perkembangan dan kemajuan dari museum itu sendiri. 

“Senang sekali dengan kegiatan ini, dimana kami selaku pengelola museum, tentunya membutuhkan masukan dari eksternal, khususnya teman-teman dosen Universitas BSI  untuk pengembangan permuseuman di Jakarta,” jelas Yiyok.  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement