Senin 29 Nov 2021 15:59 WIB

Jatim Jajaki Kerja Sama Pengelolaan Air dengan Belanda

Pemerintah Belanda memiliki water management system yang bagus.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns bekerja sama terkait sistem pengelolaan air. Ajakan tersebut disampaikan mengingat Negeri Kincir Angin tersebut terkenal dengan sistem pengelolaan air yang sangat baik.

“Pemerintah Belanda memiliki water management system yang bagus. Kami harapkan ada penguatan dari tim yang ada di Jatim untuk water management system khususnya terkait sistem irigasi air,” kata Khofifah.

Ia mengatakan, salah satu yang bisa dikerjasamakan dalam sistem pengelolaan air yaitu teknologi sistem irigasi sektor pertanian, perikanan, perkebunan, serta membangun energi terbarukan menggunakan sumber daya air (hydro power). Ini penting dilakukan mengingat Provinsi Jatim memiliki sumber daya air yang saat ini terkanalisasi dalam beberapa bendungan.  

“Beberapa bulan lalu diresmikan Bendungan Tukul Pacitan dan Bendungan Bendo Ponorogo. Insya Allah dalam waktu dekat akan diresmikan Bendungan Tugu Trenggalek dan Bendungan Gongseng Bojonegoro. Potensi seperti ini bisa menjadi hydro power bagi energi terbarukan. Perlu teknologi dan investasi untuk mengolahnya,” ujarnya.

Khofifah melanjutkan, kerja sama sistem pengelolaan air yang bisa dilakukan juga terkait pengolahan air yang siap dikonsumsi. Ia menyatakan, untuk membuat air bersih menjadi siap diminum membutuhkan teknologi. Apalagi sumber airnya dari sungai yang masih terdapat zat polutan.

Selain itu, Khofifah berharap adanya kerja sama dalam penanganan limbah. Ia mengatakan, penanganan limbah saat ini menjadi perhatian berbagai negara. Beberapa hal yang menurutnya bisa dilakukan seperti mengolah sampah menjadi listrik, pupuk, dan sebagainya.

“Di Jatim ini ada beberapa tempat pemrosesan akhir (TPA) yang bisa dilakukan kerja sama terkait waste management di Surabaya, Malang, Sidoarjo, dan Jombang,” kata Khofifah.

Khofifah memaparkan, dari sisi investasi Belanda di Jatim sejak 2010 hingga triwulan 3 2021, tercatat sebanyak 62 perusahaan yang terdapat di 22 kabupaten/kota . Adapun nilai investasinya sebesar 5,1 miliar dolar AD, dengan bidang usaha terbesar yaitu sektor industri listrik, gas, dan air di Kabupaten Probolinggo.

Dubes Kerajaan Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns mengatakan, Jatim merupakan provinsi yang cukup penting bagi Belanda. Ia juga mengamini beberapa hal yang penting untuk dikerjasamakan. Seperti di bidang pendidikan, pengelolaan limbah, dan energi baru terbarukan.

“Besar harapan kami untuk bisa mengembangkan lebih jauh lagi. Untuk water management, kami berharap bisa bekerja sama dengan Provinsi Jatim meliputi manajemen banjir, pengelolaan air bersih untuk bisa langsung dikonsumsi, serta renewable energy,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement