Sabtu 27 Nov 2021 00:06 WIB

Saatnya Indonesia Mengakhiri Penantian Panjang Memimpin ITTO

Sebagai pemilik hutan tropis terluas di dunia, Indonesia berhak memimpin ITTO.

Rep: Febryan A/ Red: Ilham Tirta
Agus Justianto.
Foto: Kemen LHK
Agus Justianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak International Tropical Timber Organization (ITTO) resmi beroperasi pada 1987 silam, tak sekalipun Indonesia menduduki jabatan direktur eksekutif. Kini, Indonesia akan berjuang habis-habisan untuk memenangkan diplomat senior Yuri Octavian Thamrin menjadi pucuk pimpinan organisasi tersebut.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Agus Justianto mengatakan, Indonesia akan all out agar Yuri Thamrin terpilih sebagai direktur utama. Sebab, Indonesia merupakan salah satu pemilik hutan tropis terluas di dunia, tapi belum sekalipun menduduki posisi direktur eksekutif sejak Organisasi Kayu Tropis Internasional itu berdiri.

Baca Juga

“Dalam sejarah hampir 40 tahun berdirinya ITTO, belum pernah ada warga negara Indonesia yang mendapatkan kehormatan dan kesempatan untuk menjabat sebagai Direktur Eksekutif ITTO," ujar Agus dalam konferensi pers daring, Jumat (26/11).

Sidang ITTO ke-57 akan digelar pada 29 November - 3 Desember 2021, yang salah satu agendanya adalah pemilihan direktur eksekutif. Sebelumnya, panitia seleksi telah menetapkan tiga kandidat Direktur Eksekutif ITTO periode 2021-2025, yaitu Yuri Octavian Thamrin (Indonesia), Sheam Satkuru (Malaysia), dan Francisco Souza (Brasil).

Menurut Agus, Yuri adalah sosok yang tepat memimpin ITTO. Yuri adalah diplomat senior Indonesia dengan dua tempat penugasan Duta Besar yang strategis di luar negeri, yaitu Inggris (terakreditasi untuk Republik Irlandia dan Organisasi Maritim Internasional) dan Kerajaan Belgia (terakreditasi ke Grand Duchy of Luxembourg and the European Union). Dia juga pernah menjabat Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Sebagai diplomat, Yuri punya pengalaman luas. Ia terlibat dalam diplomasi bilateral dan multilateral, termasuk di PBB, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), Indian Ocean Rim Association (IORA), Organization of Islamic Cooperation (OIC), Non-Aligned Movement (NAM), Melanesian Spearhead Group (MSG), dan Pacific Islands Forum (PIF).

Selama menjabat sebagai Head of Diplomatic Mission to Belgium, Luxembourg and the European Union, Yuri berhasil bekerja sama dengan Uni Eropa (UE) untuk menyimpulkan dan mengimplementasikan Forest Law Enforcement Governance and Trade Voluntary Partnership Agreement (FLEGT- Sertifikasi VPA) pada tahun 2016. Hal ini, kata Agus, merupakan inovasi pertama di dunia untuk mempercepat ekspor kayu bebas deforestasi dari Indonesia ke Uni Eropa.

Dengan kepemimpinan Yuri di ITTO nantinya, lanjut Agus, Indonesia dapat mengedepankan peran penting dalam kebijakan internasional. Beberapa di antaranya adalah kebijakan pengelolaan hutan berkelanjutan; perdagangan kayu legal; serta menunjukkan peran Indonesia dalam menurunkan tingkat deforestasi dan kebakaran hutan dan lahan kepada dunia.

“Ini merupakan kesempatan yang besar untuk Indonesia menjadi Direktur Eksekutif ITTO, karena kita juga sebagai salah satu pemilik hutan tropis terbesar di dunia,” tutur Agus.

Atas pencalonannya, Yuri pun meminta dukungan penuh dari seluruh masyarakat di Indonesia. Menurut Yuri, pemilihan Direktur Eksekutif ITTO periode ini adalah kesempatan emas buat Indonesia. Sebab, periode ini jabatan itu menjadi jatah negara produsen wilayah Asia Pasifik.

Potensi Indonesia memimpin organisasi ini tentu juga karena belum pernah menjabat sekalipun. “Kenapa dalam 40 tahun tidak ada orang Indonesia yang berkontribusi dalam level tertinggi di ITTO, padahal kita punya hutan tropis salah satu yang terluas di dunia. Ini yang menjadi motivasi saya ikut pemilihan pada jabatan ini,” ujar Yuri dalam kesempatan sama.

Jika berhasil memimpin ITTO, Yuri memiliki visi memperkuat prinsip tanggung jawab bersama sebagai kunci dalam mencapai tujuan ITTO. Dia menggarisbawahi perlunya kerja sama dan kemitraan yang lebih erat antara negara produsen dan konsumen serta pemangku kepentingan lainnya.

Dia juga berkomitmen jika terpilih, akan memimpin ITTO dengan loyalitas dan standar kerja terbaik meliputi efisiensi, kompetensi dan integritas. “ITTO di bawah saya akan menjadi lebih solid, produktif, dan inovatif,” kata dia.

Indonesia diketahui memiliki hutan seluas 125 juta hektare. Sekitar 33 hektar di antaranya telah memiliki izin untuk kegiatan produksi. Setiap tahun, Indonesia memproduksi kayu sekitar 45 juta meter kubik. Tak heran, Indonesia menjadi salah satu pengekspor produk kayu tropis terbesar di dunia dengan nilai sebesar 11 miliar dolar AS pada 2020.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement