Jumat 26 Nov 2021 21:21 WIB

OJK Ungkap Lima Tantangan Perbankan dalam Jangka Pendek

Ketidakpastian pandemi dan tapering off The Fed jadi tantangan perbankan dalam negeri

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan lima tantangan industri perbankan dalam jangka pendek. Pertama, ketidakpastian penyelesaian pandemi Covid-19.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Ilustrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan lima tantangan industri perbankan dalam jangka pendek. Pertama, ketidakpastian penyelesaian pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan lima tantangan industri perbankan dalam jangka pendek. Pertama, ketidakpastian penyelesaian pandemi Covid-19.

Kedua, ekspektasi tapering off The Fed seiring pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS). Ketiga, kondisi pasar keuangan yang mengalami volatilitas tinggi. 

Keempat, potensi risiko berakhirnya kebijakan stimulus fiskal untuk pemulihan perekonomian. Kelima, potensi kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) dan pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) akibat dari restrukturisasi kredit, yang mengalami pemburukan.

“Daya tahan perbankan dalam menyerap dan menopang restrukturisasi kredit akan menjadi hal yang perlu kami cermati bersama,” ujar Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana saat dialog bertajuk Membangun Optimisme Baru untuk Mendorong Percepatan Pemulihan EKonomi Nasional secara virtual, Jumat (26/11).

Menurutnya perbankan perlu mewaspadai masih tingginya gap antara pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK), yang berpotensi menurunkan profitabilitas industri perbankan.

Selanjutnya tantangan struktural, OJK membagi dalam beberapa aspek. Mulai dari aspek penguatan struktur dan daya saing, peran perbankan dalam perekonomian nasional, revolusi ekonomi dan layanan digital, dan transformasi pengaturan dan pengawasan.

“Penguatan struktur dan daya saing, skala usaha dan efisiensi perbankan masih rendah karena struktur industri perbankan nasional didominasi oleh bank berskala kecil. Hal ini pun membuat daya saing bank lebih rendah,” ucapnya.

Dari sisi peran perbankan, pasar keuangan dan inklusi keuangan terhitung masih rendah. Hal ini sejalan dengan pembiayaan berkelanjutan yang belum berjalan secara optimal. Adapun aspek revolusi ekonomi dan layanan digital, terdapat perubahan perilaku serta ekspektasi masyarakat terhadap layanan keuangan.

“Adanya tuntutan kepada regulator terkait dengan pembangunan internal, dan dari sisi pengaturan, pengawasan, serta perizinan sehingga dapat lebih agile, adaptif, dan mampu mendukung ekosistem perbankan kita,” ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement