Jumat 26 Nov 2021 06:05 WIB

Muhammadiyah Siagakan Relawan Antisipasi Dampak La Nina

La Nina diperkirakan berlangsung hingga Februari 2022.

Muhammadiyah Siagakan Relawan Antisipasi Dampak La Nina. Awan hitam menyelimuti langit Jakarta, Kamis (4/11/2021). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi curah hujan yang tinggi dan berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis di sejumlah daerah akibat adanya fenomena La Nina yang di prediksi akan berlangsung dari akhir tahun hingga Februari 2022.
Foto: Antara/Galih Pradipta
Muhammadiyah Siagakan Relawan Antisipasi Dampak La Nina. Awan hitam menyelimuti langit Jakarta, Kamis (4/11/2021). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi curah hujan yang tinggi dan berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologis di sejumlah daerah akibat adanya fenomena La Nina yang di prediksi akan berlangsung dari akhir tahun hingga Februari 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyiagakan relawan untuk mengantisipasi dampak fenomena La Nina. La Nina diperkirakan berlangsung hingga Februari 2022.

"Peringatan awal yang disampaikan Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC) telah banyak direspons wilayah sampai daerah dengan menyiapkan dan menyiagakan relawan," ujar Ketua LPB PP Muhammadiyah Budi Setiawan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (25/11).

Baca Juga

Fenomena La Nina tahun ini diprediksi BMKG relatif sama dengan tahun sebelumnya. Fenomena ini menyebabkan potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan. 

Dengan begitu, warga perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, sebab curah hujan tinggi berpotensi memicu bencana hidrometeorologi. Meningkatnya curah hujan akibat fenomena La Nina, Budi mengajak masyarakat untuk menerapkan istilah "sedia payung sebelum hujan". 

Upaya yang bisa dilakukan masyarakat kota, seperti membersihkan gorong-gorong atau saluran air dan tidak membuang sampah di saluran air. "Sedia payung sebelum hujan menjadi sebuah hal yang nyata, payung tidak dimaknai sebagai materi sebuah payung, tapi kesiapsiagaan kita menghadapi fenomena La Nina. Karena memang dibuktikan di Indonesia 90 persen bencana itu dari hidrometeorologi," kata dia.

Fenomena La Nina ini memicu perhatian serius bagi kawasan-kawasan yang rawan tanah longsor. Kejadian terdekat seperti tanah longsor yang terjadi di Banjarnegara menelan korban jiwa.

Sejak menerima peringatan dari BMKG, LBP atau MDMC telah melakukan respons dengan mengirim surat kepada MDMC pimpinan wilayah untuk meningkatkan kewaspadaan. Terkait bencana alam yang berdampak pada penurunan bahkan pemutusan penghasilan, Budi mengajak publik dan warga Muhammadiyah membantu meringankan beban logistik penyintas melalui donasi yang disalurkan kepada LazisMu.

Bencana alam yang terjadi bersamaan dengan pandemi Covid-19, Budi menyebut fenomena ini sebagai bencana multihazard karena terjadi bersamaan. "Oleh karena itu, saya berpesan supaya relawan tetap taat prokes, meskipun angka paparan Covid-19 mulai landai tapi masyarakat tidak boleh abai," kata dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement