Kamis 25 Nov 2021 21:20 WIB

Pakistan Tutup Sekolah dan Kantor karena Kabut Asap Beracun

Paksitan hadapi polusi terburuk dalam beberapa tahun terakhir

Kendaraan melintas di jalan raya saat kabut asap menyelimuti kawasan Lahore, Pakistan, Senin, 22 November 2021. Warga Lahore dan sekitarnya menderita gangguan pernapasan akibat kualitas udara yang buruk terkait kabut asap tebal yang menyelimuti kawasan tersebut.
Foto: AP/K.M. Chaudary
Kendaraan melintas di jalan raya saat kabut asap menyelimuti kawasan Lahore, Pakistan, Senin, 22 November 2021. Warga Lahore dan sekitarnya menderita gangguan pernapasan akibat kualitas udara yang buruk terkait kabut asap tebal yang menyelimuti kawasan tersebut.

IHRAM.CO.ID, LAHORE— Pakistan memerintahkan penutupan kantor swasta dan sekolah di Lahore pada Senin mendatang karena adanya kabut asap beracun yang tinggi. Pemerintah berharap tiga hari akhir pekan ini akan membantu mengurangi tingkat kabut di kota terbesar kedua di negara itu. 

Komisaris Bantuan Punjab, Babar Hayat Tartar, mengatakan, perintah tersebut bertujuan sebagai pencegahan yang cepat selama musim kabut asap. Musim ini tercatat akan berlangsung hingga 15 Januari. 

Baca Juga

Lahore untuk sementara dinyatakan sebagai kota paling tercemar di dunia oleh pemantau kualitas udara pada Rabu (24/11) pagi. Sebab penduduk mengeluh sesak napas, mata perih, dan mual akibat polusi yang pekat dan tajam. 

Menurut perusahaan teknologi Swiss yang mengoperasikan platform pemantauan AirVisual, IQAir, pekan lalu indeks kualitas udara di kota berpenduduk sekitar 12 juta orang itu berada di peringkat 348, jauh di atas level berbahaya 300.

Sejak saat itu, Lahore disusul New Delhi, India menempati peringkat 422. Angka tersebut merupakan perhitungan berdasarkan tingkat beberapa polutan di udara. 

Pakistan telah menyaksikan polusi udara terburuk dalam beberapa tahun terakhir dari Karachi ke Lahore. Asap dihasilkan dari campuran asap diesel tingkat rendah, asap dari tanaman musiman terbakar, dan suhu musim dingin yang lebih dingin menyatu menjadi awan kabut asap yang stagnan. 

Ketika polusi udara semakin buruk dan kota itu tidak lagi layak huni, warga yang putus asa mengajukan petisi ke pengadilan di Lahore agar pemerintah mengambil tindakan terhadap kabut asap. 

Seorang spesialis komunikasi dan seorang penduduk di Lahore, Abubaker Umer, mengatakan dia berhenti pergi jalan-jalan pagi dan membawa orang tuanya yang sudah lanjut usia ke kota lain karena mereka sangat sensitif terhadap polusi udara. 

Umer mengatakan alergi kulit dan iritasi tenggorokannya memburuk selama beberapa pekan sejak kota itu dilanda kabut asap. 

"Ketika Anda membuka jendela atau melangkah keluar, Anda tidak melihat langit. Kabut asap ada di mana-mana," katanya seperti dilansir laman The Guardian, Kamis (25/11). 

"Kita menghirup asap dan polusi udara beracun telah menjadi bagian dari hidup dan tubuh kita. Pemerintah harus melakukan lebih dari sekadar menutup lembaga pendidikan karena Lahore telah menjadi kota yang tidak layak huni," ujarnya menambahkan. 

Rata-rata, orang Pakistan diperkirakan kehilangan dua tahun hidup mereka karena polusi udara. Namun menurut laporan indeks kualitas hidup udara yang diproduksi oleh Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago, Lahore menderita yang terburuk dengan rata-rata penduduk kehilangan 5,3 tahun hidup mereka. 

Menteri Penerangan Pakistan, Fawad Chaudhry, menyalahkan otoritas sebelumnya atas kabut asap di Lahore. 

"Kami melihat Lahore diselimuti kabut setiap musim dingin karena penguasa kota masa lalu, yang telah menebang pohon untuk mendirikan hutan beton di sana yang berdampak buruk pada tutupan hijau Lahore dan sekitarnya," katanya pekan lalu.

 

 

Sumber: theguardian

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement