Rabu 24 Nov 2021 21:33 WIB

Saat Habib Salim Bin Djindan Diintimidasi Ajudan Bung Karno

Habib Salim bin Djindan terkenal bersahaja dan tegas

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Habib Salim bin Djindan terkenal bersahaja dan tegas. Ilustrasi
Foto: Republika/Musiron
Habib Salim bin Djindan terkenal bersahaja dan tegas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, —Adalah Al Habib Salim bin Djindan. Seperti tampak pada gelarnya, habib, tokoh kelahiran Kota Surabaya, Jawa Timur, itu merupakan keturunan Rasulullah SAW yang berperan dalam dakwah Islam di Batavia, Jakarta kini.

Khususnya bagi masyarakat Muslim Betawi, reputasi Habib Salim sangat masyhur. Mereka meng hormatinya sebagai seorang ulama besar.  

Baca Juga

Di tengah kaum Muslimin, Habib Salim merupakan pribadi yang bersahaja, lemah lembut, serta tawaduk. Sebaliknya, sikap yang tegas dan bahkan cenderung keras ditunjukkannya kepada setiap kezaliman. 

Baginya, amar makruf nahi munkar adalah prinsip yang tidak bisa ditawar-tawar. Pada zaman Presiden Sukarno, misalnya, ketegasannya terbuktikan. Seperti diceritakan Ibnu Umar Junior dalam risalah Fenomena Kramat Jati, seorang ajudan Bung Karno yang bernama Kolonel Sabur pernah berang kepada mubaligh tersebut. 

Pasalnya, sang dai dinilai telah melancarkan kritik-kritik kepada pemerintah. Termasuk dalam sebuah acara yang dihadiri proklamator RI itu di Palembang, Sumatra Selatan, pada 1957. 

Kolonel Sabur menyuruh Habib Salim turun dari mimbar. Di kesempatan itu, beliau (Habib Salim) berkata kepada para hadirin, 'Suara rakyat adalah suara Tuhan. Apakah saya harus terus ceramah atau tidak?' Serempak para hadirin menjawab, 'Teruuus,' tulis Ibnu Umar. Sikap kritisnya itu direspons reaktif oleh penguasa. Tidak jarang, Sang Habib terpaksa melalui malam-malamnya di penjara. 

Pada zaman revolusi, dirinya pun lantang melawan kekuatan kolonial yang hendak menjajah lagi Indonesia. Waktu itu, Habib Salim sudah bergiat dakwah di Jakarta.

Banyak jamaah pengajiannya yang berasal dari kalangan pemuda. Semangat mereka kian membara begitu mendengar pidato sang guru. NICA tentara Belanda terus berupaya memadamkan perjuangan sang mubaligh. Bahkan, Habib Salim sampai dipenjara. Bagaimanapun, ia tetap sabar dan pantang menyerah.   

Menurut sejarawan Alwi Shahab (1936-2020), Habib Salim adalah salah satu simpul dakwah yang sangat penting dalam sejarah masyarakat Betawi. Ia, bersama dengan Habib Ali Alhabsyi (Kwitang) dan Habib Ali bin Husin Alatas, dikenal sebagai tiga serangkai (triumvirat) dalam berdakwah. 

Alwi menambahkan, publik mengingat ciri khas Habib Ali, yakni cenderung kalem. Adapun Habib Ali Kwitang kerap mengingatkan kaum Muslimin tentang cinta Ilahi. Sementara, Habib Salim bin Djindan dengan suara yang menggebu-gebu kadang mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya berlawanan dengan ajaran Islam.    

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement