Selasa 23 Nov 2021 10:43 WIB

Uang Beredar Capai Rp 7.490,7 Triliun pada Oktober 2021

Posisi uang beredar dalam arti luas mengalami peningkatan 10 persen.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2021 tumbuh meningkat.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2021 tumbuh meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2021 tumbuh meningkat. Posisi M2 pada Oktober 2021 tercatat Rp 7.490,7 triliun atau tumbuh 10,4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 8,2 persen (yoy).

"Peningkatan tersebut didorong akselerasi pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 14,6 persen (yoy) dan uang kuasi yang tumbuh 6,0 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangan pers, Selasa (23/11).

Baca Juga

Pertumbuhan M2 pada Oktober 2021 dipengaruhi aktiva luar negeri bersih dan aktiva dalam negeri bersih. Aktiva luar negeri bersih tumbuh 5,7 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2021 sebesar 5,0 persen (yoy).

Aktiva dalam negeri bersih tumbuh 12,1 persen (yoy), meningkat dari 9,3 persen (yoy) pada bulan sebelumnya, didorong oleh lebih tingginya pertumbuhan tagihan bersih kepada pemerintah pusat dan penyaluran kredit. Tagihan Bersih kepada pemerintah pusat tumbuh 30,4 persen (yoy).

Nilai tersebut meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 16,1 persen (yoy). Sementara itu, tren peningkatan penyaluran kredit terus berlanjut, yakni tumbuh sebesar 3,0 persen (yoy) pada bulan laporan, meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen (yoy).

Menurut laporan pada Oktober 2021, kebutuhan pembiayaan korporasi menunjukkan tren peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) sebesar 16,7 persen, lebih tinggi dari SBT September 2021 sebesar 11,1 persen.

Sejumlah sektor seperti konstruksi, perdagangan, reparasi mobil dan penyediaan makanan dan minuman terindikasi memiliki kebutuhan pembiayaan yang meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terutama digunakan untuk mendukung aktivitas operasional, membayar kewajiban yang jatuh tempo serta mendukung pemulihan domestik. 

"Responden menyatakan sebagian besar sumber pembiayaan masih didominasi dari dana sendiri dan pinjaman perbankan dalam negeri dengan pemanfaatan kelonggaran tarik yang meningkat," kata Erwin.

Sementara itu, pinjaman dari perusahaan induk terindikasi menurun. Permintaan pembiayaan baru oleh rumah tangga pada Oktober 2021 terpantau masih terbatas, sedikit menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Bank umum tetap menjadi preferensi sumber utama penambahan pembiayaan responden rumah tangga, dengan jenis pembiayaan yang diajukan mayoritas berupa Kredit Multi Guna. Dari sisi penawaran perbankan, penyaluran kredit baru pada Oktober 2021 terindikasi tetap tumbuh positif.

Baca juga : Dosen UI Pilih Mundur Lalu Berjualan Arem-Arem Mie

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan penyaluran kredit baru pada Oktober 2021 diprakirakan terjadi pada seluruh kategori bank. Sementara untuk keseluruhan periode kuartal IV 2021, penyaluran kredit baru diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement