Ahad 21 Nov 2021 13:49 WIB

Mengisi Ruang Digital dengan Dakwah

Dai diajak terus belajar.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Dakwah digital (ilustrasi).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Dakwah digital (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada dua ayat yang populer terutama dikalangan para da'i atau para mubaligh. Yakni Alquran surat An Nahl ayat 125. 

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Baca Juga

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk," (Alquran surat An Nahl ayat 125). 

Dan surat Ali Imran ayat 104: 

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (Alquran surat Ali Imran ayat 104).

Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang yang juga Mustasyar PBNU, KH. Ahmad Mustofa Bisri menjelaskan lafaz ud'u dimaknai sebagai dakwah. Akan tetapi banyak orang yang tidak dapat membedakan antara dakwah dan amar makruf dan nahi munkar. Padahal menurut Gus Mus, dakwah berarti mengajak yang di dalamnya terdapat nuansa membujuk, dan terdapat kehalusan seta kelembutan. Sementara Amar Makruf dan Nahi Munkar mengandung makna perintah. 

Sementara itu lafadz Sabili Rabbika bermakna bahwa sasaran dakwah adalah manusia yang belum berada dalam jalan Allah, di mana jalan Allah itu diartikan sebagai agama Islam. Sedang lafadz bil hikmah dimaknai sebagai Alquran, Sunnah, dan bijaksana. 

Sementara itu dakwah digital semakin berkembang pesat. Sayangnya menurut Gus Mus  banyak da'i yang memiliki kapasitas dan kredibilitas serta mengerti konsep dakwah justru tidak menguasai dakwah digital. Pada sisi lain, orang-orang yang tidak memiliki kapasitas sebagai da'i atau ulama namun menguasai teknologi banyak berbicara fatwa di dunia maya. Hal ini pun menurut Gus Mus menjadi tantangan tersendiri dalam dunia dakwah di Tanah Air. 

"Menjadi cobaan kita adalah orang-orang yang ahli digital, ahli IT, itu begitu tidak paham sabili rabbika. Sementara yang paham sabili rabbika banyak yang tidak paham tentang digital , tentang IT, ini menjadi cobaan bagi kita," kata Gus Mus saat menjadi narasumber dalam halaqah dakwah dan seminar nasional - Annual Meeting of Islamic Dakwah (AMID) 2021 yang diselenggarakan CariUstadz.id bekerjasama dengan Pusat Studi Alquran, secara virtual pada Sabtu (20/11) 

Karena itu menurut Gus Mus ada dua jalan bagi para da'i untuk bisa mengisi ruang-ruang digital dan menyebarkan dakwah yang rahmatan lil alamin. Pertama da'i memperbaharui kemampuannya sehingga menguasai dakwah di dunia maya. Atau kedua, memaksimalkan potensi para santri sebagai dapat mendorong pengembangan dakwah da'i di dunia maya. 

Lebih lanjut Gus Mus menerangkan bahwa dakwah itu mengikuti Nabi Muhammad ﷺ baik ucapan maupun perlakuannya. Maka seorang da'i harus sesuai antara pesan dakwah yang disampaikan kepada umat dengan perilaku kesehariannya. 

"Kalau ingin menyampaikan ajaran Rasulullah untuk menuju ke Allah, ya cara dan metodenya juga harus sesuai dengan Rasulullah. Kita ketahui kanjeng Rasul dakwahnya komplit, tidak hanya dengan lisan. Prilakunya juga mengajak, bahkan kehadirannya sendiri mengajak, menarik hati. Maka kalau kita mau mengajak orang untuk sabili rabbika, yang menarik," kata Gus Mus. 

Karena itu Gus Mus pun mengapresiasi platform CariUstadz.id yang memudahkan umat Muslim di Indonesia menemukan para da'i yang kompeten dan ramah. 

"Saya bersyukur sekali ada program CariUstadz , itu luar biasa bagus sekali jadi orang tidak akan kebingungan. Apalagi dalam carin ustaz, riwayat dari ustaz itu disebutkan nanti kita bisa memilih," katanya.

Sementara, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas mendorong para da'i untuk terus belajar sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan kapasitas dalam berdakwah. Karenanya itu ia mengajak para da'i, mubaligh untuk mengikuti  halaqah dakwah dan seminar nasional dalam rangkaian Annual Meeting of Islamic Dakwah (AMID) 2021 yang diselenggarakan Platform digital CariUstadz.id bersama Pusat Studi Alquran (PSQ) Jakarta dan Organisasi Internasional Alimni Al Azhar (OIAA) Cabang Indonesia yang digelar virtual pada 20-21 November. 

 

 

"Dakwah adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam Islam. Bagi umat islam, dakwah adalah representasi sikal dan prilaku sehari-hari.  Sebagaimana Rasulullah telah memberikan teladan dalam berdakwah secara santun, kontekstual dan menjunjung tinggi akhlak mulia. Demikian pula para Walisongo yang mampu mengubah nusantara tanpa kekerasan sedikitpun. Oleh karena itu sudah sepatutnya kredibilitas dan kapasitas para dai, ustaz, dan mubaligh perlu terus ditingkatkan," kata Menag saat membuka AMID 2021. 

Menag mengatakan tema yang diangkat yakni Dakwah Islam dan Perubahan Masyarakat Era Digital sangat relevan dan penting mengingat tantangan dakwah Islam semakin luas di tengah situasi pandemi dan era disrupsi saat ini.

"Nabi Muhammad SAW mewajibkan umatnya untuk terus belajar, oleh karena itu para da'i, ustaz, dan mubaligh selaku penerus para Nabi adalah kelompok orang yang lebih wajib untuk terus belajar. Penyelenggaraan halaqah dakwah ini menjadi salah satu tempat belajar bersama, kita harus memanfaatkan sebaik baiknya," katanya. 

 Sementara itu diantara narasumber yang hadir dalam halaqah dakwah dan seminar internasional adalah Prof. Quraish Shihab, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement