Sabtu 20 Nov 2021 18:25 WIB

Capres Golkar Dinilai Bisa Menang di Jabar dengan Catatan

Golkar disarankan mencalonkan kadernya sendiri.

Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan pidato dalam puncak HUT ke-57 Partai Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Sabtu (23/10/2021). Puncak peringatan HUT Partai Golkar tersebut mengambil tema Bersatu Untuk Menang.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto menyampaikan pidato dalam puncak HUT ke-57 Partai Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Sabtu (23/10/2021). Puncak peringatan HUT Partai Golkar tersebut mengambil tema Bersatu Untuk Menang.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Calon Presiden Partai Golkar dinilai mampu merebut pangsa pasar pemilih di Jawa Barat dan mengalahkan capres dari Gerindra. Syaratnya, tidak ada isu agama dan Partai Golkar harus mengusung calonnya sendiri pada Pilpres 2024.

"Kalau Golkar bisa mencalonkan jagoan sendiri sangat mungkin Golkar bisa kalahkan Gerindra karena cottail effect. Dan secara isu tidak terlalu ada sentimen agama. Tapi kalau ada sentimen agama, PKS dan Gerindra bisa menguat lagi," kata Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno saat dihubungi wartawan, Sabtu (20/11).

Baca Juga

Adi menuturkan suara Partai Golkar bisa menguat jika mereka mencalonkan kadernya sendiri. Terlebih, pencalonan tersebut akan memberi efek ekor jas kepada partai berlambang pohon beringin tersebut saat pemilihan legislatif.

"Golkar bisa menguat signifikan karena dapat cottail effect di Pileg. Itu otomatis. Soal Pilres, tergantung siapa pasangan Airlangga," ujarnya.

Adi menambahkan jika Golkar berkoalisi dengan PDIP, dan kader mereka menjadi capres, kemungkinan suara Golkar menguat. Namun, apabila jagoan Golkar hanya menjadi cawapres, dia menyebut agak sulit memenangkan suara pileg.

"Karena secara alamiah, berkaca Pileg 2014 dan 2019, Golkar belum pernah juara," katanya.

Lebih lanjut, Adi menambahkan suara pemilih Jabar sukar ditebak. Oleh karena itu, dia mengakui sulit membaca kekuatan politik di provinsi tersebut khususnya dalam pemilihan legislatif.

"Di pilpres mayoritas anti Jokowi. Tapi di Pileg silih berganti pemenangnya. 2014 yang menang PDIP disusul Golkar runner up. Pileg 2019 Gerindra pemenangnya, ketiga PKS, Golkar posisi keempat," katanya.

Polarisasi pemilihan presiden 2024 sudah mulai menghangat. Koalisi Partai Golkar diyakini akan menghadapi koalisi Partai Gerindra dan PDIP.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto diprediksi menjadi salah satu calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang. Ia akan bersaing dengan pasangan calon dari koalisi PDIP-Partai Gerindra, kemudian Partai Demokrat dan partai-partai politik lainnya.

"Ada tiga calon, Airlangga dengan pasangannya, Prabowo besar kemungkinan dengan Puan Maharani, satu lagi pasangan Anies Baswedan," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga beberapa waktu lalu.

Jamiluddin menuturkan peluang tiga partai besar yakni PDIP, Golkar, dan Gerindra bertarung dalam Pilpres 2024 sangat kuat. Menurutnya, ketiga partai itu akan mengusung kadernya menjadi capres atau cawapres.

"Ada kemungkinan Puan akan dijadikan cawapres berpasangan dengan Prabowo sebagai capres. Kemungkinan ini semakin besar karena ada kedekatan hubungan antara Megawati Soekarnoputri dengan Prabowo," kata Jamiluddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement