Sabtu 20 Nov 2021 15:55 WIB

IPB Lakukan Upaya Pencegahan dan Pengananan Serangan Ular

Kampus IPB Dramaga, Bogor seluas 250 hektar masih banyak memiliki areal berhutan.

Kampus IPB
Foto: Antara
Kampus IPB

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sebagai kampus biodiversitas dengan masih adanya lahan berhutan dan kebun yang cukup luas, IPB University mengidentifikasi keanekaragaman flora dan fauna (mamalia, burung, amphibia dan reptilia) dan telah dijadikan pembelajaran bagi civitas akademika.

Sejauh ini IPB University  telah mengidentifikasi keberadaan jenis-jenis satwaliar termasuk ular dan telah menerapkan protokol keamanan untuk beberapa titik yang berpotensi terjadi serangan satwa liar seperti ular dan  monyet ekor panjang. Upaya ini dilakukan dalam rangka menjaga keamanan dan kenyamanan seluruh warga IPB University dalam menjalankan aktivitas akademiknya. 

Hal ini diungkap oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan IPB University, Dr Drajat Martianto, menanggapi musibah yang menimpa salah satu mahasiswa yang meninggal yang diduga karena digigit ular.  Lebih lanjut Dr Drajat mengatakan, kejadian mahasiswa meninggal di kebun karena digigit ular yang terjadi beberapa hari lalu adalah baru pertama kali terjadi.  

Dr Nyoto Santoso, Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) IPB University menerangkan bahwa Kampus IPB Dramaga, Bogor yang luasnya sekitar 250 hektar masih banyak memiliki areal berhutan. “Ada sekitar 20 hektar di kampus Darmaga bagian belakang (Taman Hutan Kampus) dan sekitar 10 ha areal berhutan untuk Arboretum yang masih berbentuk hutan lebat dan dihuni satwa liar,” ujar Dr Nyoto Santoso dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (20/11). 

Ia mengaku, areal hutan bagian belakang tersebut menjadi rumah bagi berbagai satwa liar seperti landak, trenggiling, dan ular. "Jika berkegiatan di hutan Taman Hutan Kampus bagian belakang itu, harus melakukan protokol ketat terkait dengan safety-nya,” terang Dr Nyoto. 

Dosen IPB University itu menyarankan agar memakai sepatu boot, pakaian panjang serta pelindung kepala ketika memasuki kawasan hutan Taman Hutan Kampus. “Kita harus meningkatkan protokol keamanan ketika berada di areal berhutan IPB University, baik itu sepatu, pakaian maupun penutup kepala,” tegas Dr Nyoto.

Di kalangan mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova), aktivitas mahasiswa tergabung dalam Kelompok Pemerhati Satwa (Ular, Burung, Mamalia, Flora, Kupu-Kupu, Gua, Ekowisata).  Khusus terkait ular, terdapat Kelompok Pemerhati Herpetofauna (Amphibia dan Reptilia) dalam Himakova yang secara rutin melakukan monitoring jenis dan keberadaan ular di Kampus IPB Dramaga dan sampai saat ini tidak mengalami kendala atau menemui masalah dalam melakukan aktivitas tersebut. 

Di samping itu juga ada organisasi Uni Konservasi Fauna (UKF) yang merupakan wadah bagi mahasiswa IPB University dalam upaya konservasi fauna termasuk ular.  

“IPB University itu bukan seolah-olah baru tanggap ketika telah terjadi kasus, tetapi sudah tahu jauh-jauh hari soal ular dan paham bahwa ular ini  ada di mana-mana,” kata Dr Nyoto. 

Tidak hanya itu, lanjut Dr Nyoto, IPB University juga telah memberikan pelatihan Kesehatan, Keselamatan, Keamanan dan Lingkungan (K3L) bagi tenaga pengajar dan tenaga kependidikan. Upaya ini dilakukan dalam rangka mitigasi dan antisipasi keamanan warga IPB University dalam melakukan aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi. 

Dr Nyoto juga menjelaskan, IPB University melalui klinik kesehatan akan menyiapkan anti racun yang siap digunakan apabila terjadi kasus gigitan ular maupun sengatan hewan liar lain. Tidak hanya itu, IPB University juga akan membentuk tim untuk memberikan pelatihan dan penyadaran tentang keamanan dan keselamatan kerja bagi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan, serta mahasiswa, agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.

Terkait musibah yang menimpa salah satu mahasiswanya tersebut, Dr Drajat mengatakan  "Kami tidak ingin kejadian serupa terulang lagi. Oleh karenanya kami akan terus melakukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan."

Langkah pencegahan dan penanganan dimaksud adalah: Pertama, melakukan pembersihan di area-area dekat tempat praktikum, praktik lapang dan hunian serta fasilitas kampus. Kedua, menegakkan implementasi K3L. Ketiga, menjaga biodiversitas dan keseimbangannya. Keempat, melakukan edukasi kepada warga IPB University yang melakukan aktivitas di lapang (kebun percobaan) tentang pengenalan; pencegahan dan penanganan bahaya ular berbisa.  Kelima, melakukan upaya pencegahan dan penegakan aturan untuk mereka yang menangkap atau berburu biawak di dalam kampus.  Biawak selama ini adalah musuh alami ular cobra.

Tak hanya itu, IPB Unversity akan memperketat pelaksanaan standar operasional prosedur (SOP) keamanan dalam menjalankan kegiatan akademik maupun nonakademik.  “Upaya mitigasi ini melekat dengan SOP keamanan yang dilakukan untuk kegiatan akademik maupun nonakademik,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement