Sabtu 20 Nov 2021 10:04 WIB

Ilham Habibie Ajak Kader ICMI Dukung Pembangunan Bangsa

Keberadaan ICMI menjadi semakin diperlukan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Mas Alamil Huda
Wakil Ketua Umum ICMI Ilham Habibie. ICMI telah berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara. Keberadaan ICMI menjadi semakin diperlukan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Wakil Ketua Umum ICMI Ilham Habibie. ICMI telah berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara. Keberadaan ICMI menjadi semakin diperlukan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam tiga dekade, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) telah berkontribusi pada pembangunan bangsa dan negara. Keberadaan ICMI menjadi semakin diperlukan menuju 100 tahun Indonesia merdeka.

Namun, seiring berjalannya waktu, ada perubahan peradaban, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Hal tersebut membuat ICMI terus berbenah diri dalam membangun bangsa yang mengandalkan teknologi dan inovasi. Wakil Ketua Umum ICMI Ilham Habibie menekankan, peranan ICMI yang kolaboratif dengan perkembangan zaman dapat memberikan masukan strategis dan kritis bagi pemerintah.

“ICMI dalam kurun waktu tiga dekade mesti melahirkan calon pemimpin bangsa dari berbagai tingkatan, dekat dengan masyarakat dan inspiratif dalam memberikan motivasi bagi kaum muda yang saat ini masuk dalam era informasi teknologi digital,” kata Ilham dalam webinar yang diselenggarakan Forum Dialog Nusantara (FDN) dari Perpustakaan Habibie Ainun, Rabu (17/11).

Oleh karena itu, Ilham mengajak kader ICMI untuk bahu membahu saling mendukung dalam kiprah membangun bangsa dengan menguasai IPTEK dan Inovasi. Dalam webinar itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag RI Prof Kamaruddin Amin juga memberi penekanan pada kebersamaan anak bangsa, toleransi antar umat beragama dan sesitivitas menghadapai perubahan .

“Tentu saja di era medsos yang tak terbatas, mestinya kita tidak termakan beita hoaks yang dapat meretakkan kesatuan hidup berbangsa,” ujar dia.

Sementara itu, dari perspektif keislaman, Prof Nasaruddin Umar memberikan aksentuasi khusus mengenai dialog antarumat beragama di Indonesia sebagai negara yang multietnis, multiagama dan golongan. Menurut dia, keberagaman pemikiran antara golongan harus dikemas dalam seni kehidupan bersama sebagai umat, baik dalam pemikiran maupun tindakan nyata.

Rektor Unika Atmajaya A Prasetyantko mengatakan, organisasi manapun di Indonesia masih di bawah bayang-bayang kekuatan atau kekuasaan negara sehingga tidak mempunyai pilihan lain selain menjadi bermitra dengan negara. “Tentu saja ini dalam arti positif, yaitu memberikan pemikiran yang solutif bukan saja kritis tetapi ada jalan keluarnya. Apalagi di zaman teknologi dan inovasi yang sudah masuk mendalam ke setiap sendi kehidupan bernegara,” ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement