Jumat 19 Nov 2021 21:00 WIB

Ribuan Warga Afghanistan Menunggu Izin Masuk Sementara ke AS

Baru sekitar 100 permohonan masuk sementara ke AS yang disetujui.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
 Sekelompok anak-anak bermain di dalam salah satu tenda besar di sebuah kamp pengungsi Afghanistan di Pangkalan Bersama McGuire Dix Lakehurst, NJ, Senin, 27 September 2021. Kamp tersebut saat ini menampung sekitar 9.400 pengungsi Afghanistan dan memiliki kapasitas untuk menampung hingga 13.000 orang.
Foto: AP/Andrew Harnik
Sekelompok anak-anak bermain di dalam salah satu tenda besar di sebuah kamp pengungsi Afghanistan di Pangkalan Bersama McGuire Dix Lakehurst, NJ, Senin, 27 September 2021. Kamp tersebut saat ini menampung sekitar 9.400 pengungsi Afghanistan dan memiliki kapasitas untuk menampung hingga 13.000 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, LOWELL -- Lebih dari 28 ribu warga Afghanistan telah mengajukan permohonan masuk sementara ke Amerika Serikat (AS) untuk alasan kemanusiaan. Pengajuan ini dilakukan sesaat sebelum Taliban merebut kembali Afghanistan dan memicu penarikan AS yang kacau.

Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS (USCIS) telah berjuang untuk mengimbangi lonjakan pelamar dalam program pembebasan bersyarat kemanusiaan yang jarang digunakan. Melihat baru 100 permintaan yang disetujui, pemerintah berjanji akan meningkatkan staf untuk mengatasi tumpukan yang terus bertambah.

Baca Juga

Keluarga Afghanistan di AS dan kelompok imigran mengatakan, lambatnya persetujuan mengancam keselamatan orang yang dicintai. Mereka menghadapi masa depan yang tidak pasti di bawah pemerintahan Taliban.

"Kami mengkhawatirkan kehidupan mereka. Kadang-kadang, saya pikir akan ada hari ketika saya bangun dan menerima telepon yang mengatakan bahwa mereka tidak ada lagi," kata Safi, seorang warga Massachusetts yang keluarganya mensponsori 21 kerabat yang mencari pembebasan bersyarat karena kemanusiaan.

Penduduk tetap AS berusia 38 tahun ini berharap untuk membawa saudara perempuannya, pamannya, dan keluarganya. Dia mengatakan, keluarganya telah bersembunyi dan rumah mereka hancur dalam pengeboman baru-baru ini. Ini karena sang paman menjadi pejabat lokal terkemuka sebelum Taliban mengambil alih.

Pengacara di International Institute of New England di Lowell, Massachusetts, Chiara St. Pierre, menyatakan lambatnya persetujuan membuat frustrasi karena keluarga telah membayar ratusan bahkan ribuan dolar untuk biaya pemrosesan. Perwakilan agen pemukiman kembali pengungsi yang membantu keluarga Safi menyatakan orang-orang putus asa untuk mengeluarkan keluarga mereka.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement