Jumat 19 Nov 2021 05:30 WIB

Pentingnya Menghadirkan Literasi Pancasila di Lapas

BPIP mengapresiasi perpustakaan di Lapas yang menghadirkan literasi Pancasila.

Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP M Akbar Hadi Prabowo (baju batik merah berdiri) meninjau Perpustakaan Merah Putih di Lapas Kelas II A Bengkulu, Kamis (18/11). Pada kesempatan itu, Akbar mengingatkan tentang pentingnya menghadirkan literasi berdasarkan nilai-nilai Pancasila di Lapas.
Foto: Dok Republika
Direktur Sosialisasi dan Komunikasi BPIP M Akbar Hadi Prabowo (baju batik merah berdiri) meninjau Perpustakaan Merah Putih di Lapas Kelas II A Bengkulu, Kamis (18/11). Pada kesempatan itu, Akbar mengingatkan tentang pentingnya menghadirkan literasi berdasarkan nilai-nilai Pancasila di Lapas.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Seorang warga binaan di Lapas Kelas II A Bengkulu, Kamis (18/11), terlihat menggenggam sebuah buku. Mulutnya komat-kamit mengikuti kata perkata dari buku yang berjudul Kerukunan Umat Beragama karya Heliarta yang diterbitkan oleh Chyyas Putra Semarang.

Buku setebal 44 halaman itu baru dibacanya separuh. Dari buku itu, dia baru mengenal seluk beluk tentang profil agama-agama resmi yang ada di Indonesia.

Baca Juga

"Dari buku ini saya belajar tentang toleransi antar umat beragama," kata warga binaan berinisal R tersebut.

R yang baru menjalani tiga tahun dari 14 tahun hukuman penjara yang diputuskan oleh pengadilan, mengaku senang berkunjung ke perpustakaan di Lapas yang dinamakan Lapas Merah Putih itu. Hampir setiap hari dia berkunjung ke perpustakaan untuk mengisi waktu luangnya.

Dia berkunjung ke sana pada jam-jam warga binaan diperbolehkan keluar sel oleh pihak Lapas. Tidak hanya sekadar mengetahui tentang kerukunan antar umat beragama, dia juga banyak membaca buku-buku lainnya yang ada di perpustakaan itu.

Dia lebih tertarik dengan buku-buku tentang keagamaan. Karena itu, dia juga aktif ikut pengajian di masjid Lapas.

Tidak hanya R yang terlihat sedang membaca buku di perpustakaan. Tetapi, ada puluhan warga binaan lainnya yang memiliki hobi membaca atau sekadar mengisi waktu luangnya.

Kepala Lapas Kelas II A Bengkulu Ade Kusmanto mengatakan, Perpustakaan Merah Putih ini dibentuk  untuk memberikan sarana kepada warga binaan. Dengan harapan, dengan membaca mereka bisa menambah pengetahuannya.   

"Dari yang didapat dengan membaca bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di Lapas maupun setelah keluar. Misalnya buku keterampilan beternak ayam, diharapkan setelah membaca mereka mengetahui teori yang mendukung praktik mereka," kata Ade.

Sementara terkait buku-buku yang memiliki isi wawasan kebangsaan, diharapkan warga binaan memiliki nilai-nilai Pancasila. Tidak lagi melanggar hukum tapi memiliki norma-norma hukum.

Soal buku-buku ini, saat ini jumlahnya masih di kisaran 300-an buku. Pihak Lapas terus bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan Provinsi Bengkulu.

"Dan nanti ada perjanjian kerja sama. Diharapkan kegiatan ini tidak hanya di perpustakaan (membaca buku saja), tapi ada kegiatan lanjutan lain seperti bedah buku, lomba literasi," kata Ade.

 

Ade mengatakan, dalam memasok buku-buku ini, juga selalu bekerja sama dengan dinas perpustakaan. Buku-buku yang boleh masuk adalah buku yang tidak mengandung isi tentang radikalisme maupun yang mengundang perpecahan.

"Kami mengedepankan buku-buku motivasi, bagaimana bangkit dari kesalahan. Atau buku-buku keterampilan, dan buku-buku terkait kebangsaan dan Pancasila," kata Ade.

Sementara, Direktur Sosialisasi dan Komunikasi, dan Jaringan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) M Akbar Hadi Prabowo mengatakan, budaya literasi diyakini ampuh menumbuhkan kecintaan terhadap Tanah Air sekaligus aktualisasi Pancasila.  

"Literasi mendorong Warga Binaan (WB/napi) bertransformasi menjadi manusia baru. Lebih kreatif, inovatif, dan bermanfaat bagi diri sendiri serta keluarganya," ujar Akbar saat meninjau Perpustakaan Merah Putih di Lapas Kelas II A Bengkulu.

Akbar mencontohkan Bung Karno yang menjadikan penjara sebagai tempat transformasi diri. "Soekarno dipaksa masuk Lapas Banceuy dan Lapas Sukamiskin, lalu diasingkan salah satunya ke Bengkulu. Tapi beliau ikhlas. Malah makin rajin beribadah, membaca buku, mempelajari Islam dan Alquran,"kata Akbar yang mewakili BPIP menyerahkan bantuan  literasi Pancasila dalam bentuk buku dan majalah yang terkait dengan Pancasila dan wawasan kebangsaan untuk dijadikan koleksi di Perpustakaan Merah Putih Lapas Kelas II A Bengkulu.

Disampaikan, BPIP telah menggiatkan program Perpustakaan dan Klinik Pancasila di berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan Kemenkumham di Tanah Air. Akbar yakin literasi dan perpustakaan akan mendorong lebih banyak WB yang Pancasilais karena memiliki kemampuan berintegrasi sosial yang semakin baik.

Akbar mengatakan, dengan aturan di Lapas dan Rutan yang melarang setiap warga binaan mengakses telepon genggam, perpustakaan menjadi sarana yang efektif untuk mengisi waktu luang mereka. Sehingga, perpustakaan sangat cocok berada di dalam Lapas karena bisa dimanfaatkan dengan baik oleh semua warga binaan.

Akbar juga mengingatkan tentang pentingnya seleksi terhadap buku-buku yang masuk ke perpustakan di Lapas. Dia mengingatkan agar buku-buku yang masuk tak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

"Dengan membaca buku saja bisa memengaruhi pola pikir seseorang. Nah ini makanya kita harus menghadirkan literasi yang betul-betul sejalan dengan nilai-nilai Pancasila," kata Akbar.

Akbar mengatakan, pembinaan dan sosialisasi nilai-nilai Pancasila di lingkungan Lapas dan Rutan merupakan program kerja antara BPIP dan Kementerian Hukum dan HAM. Hal ini berdasarkan MoU antara BPIP dan Kemenkumham pada 2019 dan perjanjian kerja sama antara BPIP dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan pada 2021 ini.

"Salah satu poin kerja samanya adalah soal mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila di lingkungan Lapas yang salah satunya kerja sama membentuk perpustakaan Pancasila," kata Akbar.

Sebelumnya, pada awal bulan November ini, BPIP dan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM di Lampung juga telah menandatangani nota kesepahaman sosialisasi nilai-nilai Pancasila. Salah satunya adalah dengan pembentukan Klinik Pancasila di semua Lapas dan Rutan yang ada di Lampung.

Adapun Klinik Pancasila itu adalah selain sebagai tempat perpustakaan di Lapas dan Rutan yang menghadirkan literasi Pancasila, juga sebagai tempat pembinaan ideologi Pancasila bagi warga binaan maupun pegawai Lapas. Kegiatan yang dilakukan selain perpustkaan, juga melatih para warga binaan dengan apel kebangsaan dan konsultasi tentang Pancasila.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement