Kamis 18 Nov 2021 18:53 WIB

Akselerasi Kendaraan Listrik Penting demi Zero Carbon 2060

Dengan transisi kendaraan menjadi listrik upaya reduksi emisi CO2 bisa dilakukan

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Mobil Listrik
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Mobil Listrik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komitmen Indonesia mengejar net zero carbon 2060 sangat bergantung pada keberhasilan masyarakat beralih dari kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik. Pengamat energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Tumiran mengatakan, peran sektor kelistrikan berfungsi mendorong aktivitas ekonomi sekaligus mendukung geliat industri nasional.

Menurut dia, kaitannya dengan transisi energi, peningkatan demand listrik punya peran strategis dalam target Carbon Neutral 2060. "Program transisi energi idealnya juga didukung dari sisi hilir (peningkatan demand). Jika sudah ada peningkatan demand, maka dari sisi hulu lebih mudah beralih," ujar Tumiran, Kamis (18/11).

Baca Juga

Salah satu ceruk demand yang dapat dimanfaatkan datang dari sektor transportasi. Pasalnya, kontribusi emisi CO2 dari sektor tersebut sangat besar. Untuk itu, dengan adanya transisi kendaraan berbasis bahan bakar minyak menjadi listrik, upaya mereduksi emisi CO2 secara besar-besaran dapat dilakukan.

"Kalau sektor transportasi emisinya direduksi, sementara sumber listriknya juga berasal dari EBT, maka target-target pemerintah terkait net zero carbon lebih realistis untuk dicapai," ujarnya.

Komitmen pemerintah dalam net zero carbon pada 2060, lanjut Tumiran, patut diapresiasi. Hanya saja, implementasi program di lapangan perlu menyelaraskan kebutuhan badan usaha dalam hal ini PLN.

"Pembangkit EBT struktur biayanya tinggi. Makanya, kita mendukung PLN sebagai ujung tombak transisi energi dengan memastikan implementasi mobil listrik, kompor induksi, dan sebagainya lebih massif," tambahnya.

Tak hanya itu, beralihnya masyarakat dari kendaraan BBM ke listrik juga akan menekan impor BBM. Berdasarkan roadmap yang disusun Kementerian ESDM, potensi jumlah kendaraan listrik di Indonesia pada 2030 mencapai 2,2 juta mobil listrik dan 13 juta motor listrik dengan 31.859 unit SPKLU. Jumlah kendaraan listrik ini diharapkan bisa menekan impor BBM sekitar enam juta kiloliter pada tahun tersebut.

Selain mampu mereduksi emisi, berhasilnya program kendaraan listrik juga akan memangkas pengeluaran konsumen dari sisi biaya energi. Mengutip keterangan resmi PLN, dari sisi penghematan, pengendara mobil listrik hanya perlu merogoh kocek Rp 10 ribu saja untuk menempuh jarak 72 kilometer (km).

 

Jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak (BBM), maka dengan jarak tempuh 72 kilometer, masyarakat harus merogoh kocek sekitar Rp 60 ribu dengan asumsi harga BBM, Rp 9.000 per liter. Selain mendukung terbentuknya ekosistem kendaraan listrik, PLN telah mencanangkan peta jalan yang komprehensif menuju NDC 2030 dan Neutral Carbon 2060.

BUMN Kelistrikan itu menargetkan menghasilkan pengurangan emisi sebesar 900 juta ton CO2 ekivalen pada 2060. Target tersebut akan dicapai melalui sejumlah strategi yaitu mengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT), konversi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke EBT, pengembangan pembangkit gas, menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ramah lingkungan.

PLN juga akan memensiunkan PLTU, penerapan co-firing, melakukan penerapan efisiensi dan menurunkan susut jaringan, percepatan memensiunkan PLTU, Carbon Capture and Storage (CCS), serta penerapan co-firing berbasis hidrogen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement